Pages

Sunday, 21 December 2014

Politik Memang Busuk

ini cerita sudah lumayan lama. ini terjadi pas pemilihan presiden kemarin. setelah diberi tahu bahwa ada dua calon pasangan, maka saya pun agak bingung. bukan masalah apa. ini pemilu pertama saya. saya gak tau apa-apa paak.

tapi akhirnya saya pun memutuskan, "tanggal sembilan juli nanti pilih nomer satu." begitu pikir saya. alasannya sederhana, karena di sana ada salah satu partai pilihan saya waktu pemilihan legislatif sebelumnya. ehm. you know lah.
tapi seiring berjalannya waktu, saya tambah gak yakin dengan pilihan saya tersebut. padahal pemilihan presiden semakin dekat. dan singkat cerita, akhirnya saa memutuskan untuk absten saja.
kemudian, ada tawaran untuk jadi saksi pak bowo. awalnya saya menolak, tapi akhirnya tergoda juga dengan iming-iming gaji saksi dua ratus ribu. deal, tentu saja.
dan itu cukup membuat saya bingung lagi. lha mosok saya saksi prabowo tapi gak nyoblos prabowo, piye jal? tapi mau gimana, hari pemilihan semakin dekat, dan saya belum mengurus surat A-5! atau surat apalah namanya itu, yang pasti surat itu digunakan untuk nyoblos di luar kota asal. padahal sudah lewat tanggal deadline ngurus surat itu di KPUD Kab. Sleman. tapi tak apalah. toh satu suara gak akan mempengaruhi kemenangan siapa pun. pikir saya kali itu. pikiran busuk sih.
singkat cerita tibalah di hari pemilihan presidennya. saya lupa-lupa ingat sih TPS nomer berapa. yang jelas di daerah (jalan) kaliurang nan jauh di sana. pemilihan jam setengah delapan, tapi saya dipeseni sama koordinator saksi prabowo untuk datang jam tujuh, dengan baju putih agak kusam bekas ospek kemarin. gile kan. tapi tak apalah, demi duartusribu.
jam segitu tentu saja TPS nya masih sepi. cuma ada ketua TPS nya yaitu sang pemilik rumah, dan beberapa panitia. eh semua panitia lengkap ding. cuman kurang satu yaitu saksi dari kubu sebelah. saya tau, ini akan jadi tugas yang saaaangat membosankan. nungguin orang, lilatin orang nyoblos, dari pagi sampai siang. jam satu siang menurut jadwal. dan dilanjut perhitungan suara setelah shalat dzuhur. tapi, di tengah-tengah tugas itu sekitar jam sepuluhan, mas koordinatornya nyamperin.
"gimana mas, sudah nyoblos belum?"
sontak kaget lah ditanyain gituan, "ehm, belum mas."
"lho kenapa?" tanya masnya dengan ekspresi kaget. em, antara kaget dan kecewa sih.
"lha saya belum ngurus A-5 nya mas, soalnya sibuk kemarin. hehehe."
"yaa udahlah, gapapa." jawab masnya dengan ekspresi agak kecewa, tapi kurang kecewa diibanding ekspresi pertama.
"mas nanti tau tempat poskonya kan?" tanya masnya lagi.
"wah gak tau saya mas."
"ya sudah, nanti saya samperin, kalau udah dapet form C-1, nanti kita ke posko bareng-bareng."
masnya pergi. kesunyian pun kembali menyelimuti. alah lebay. tapi emang begitu. tugas ini begitu berat. melelahkan. bukan apa, cuman bosennya itu lhoo.
dan di tps saya pun akhirnya didapat kesimpulan pasangan nomer dua menang. 177 dibanding 142. lumayan signifikan sih, dengan suara gak sah kalo gak salah lima belas atau berapa gitu. dan setelah catat sana-sini, akhirnya dapat juga form C-1 nya. FYI, form C-1 itu berita acara pemilihan, dan menurut teori konspirasi itu yang kemarin pas pemilihan legislatif dicurangi sehingga partai pilihan saya kalah dan tidak jadi tiga besar. gak tau juga sih.
saya pun dapat form C-1 nya, ke posko, dan dapat deh duaratusribunya. lumayan buat beli baju koko sama sarung buat lebaran.
gitu aja sih. politik memang busuk. nyoblos kagak, tapi duitnya aja mau. hehehe.


No comments:

Post a Comment