pagi ini, di sela kajian hadis arbain ke 20 tentang malu, ustad Syafii bercerita tentang seorang syaikh dan murid-muridnya. tapi, ada satu murid yang paling disayang syaikh. semuanya jadi heran, sebenarnya apa hebatnya murid yang satu itu, padahal dia tidak begitu pandai, ibadahnya juga biasa-biasa, tapi kenapa bisa diistemawakan oleh syaikh.
suatu hari, syaikh mengumpulkan semua murid. satu per satu murid diberi seekor ayam. "kalian cari tempat, dimana tak ada seorang pun mengawasi, dan kalian sembelih ayam yang kalian pegang masing-masing. nanti bawa lagi ke sini."
suatu hari, syaikh mengumpulkan semua murid. satu per satu murid diberi seekor ayam. "kalian cari tempat, dimana tak ada seorang pun mengawasi, dan kalian sembelih ayam yang kalian pegang masing-masing. nanti bawa lagi ke sini."
setelah beberapa lama, murid-murid pun kembali. semuanya dengan ayam yang sudah tersembelih. kecuali, sang murid pilihan syaikh. semua pun bergumam, "nah, hanya dia yang ayamnya belum mati. haha, rasain."
"jadi, bagaimana? sudah disembelih semua ayamnya?" tanya syaikh.
"sudah syaikh." jawab semua murid, kecuali si murid pilihan.
satu per satu murid menjelaskan mereka mencari tempat yang benar-benar tidak ada orang. tidak ada yang melihat dan mereka mengeksekusi ayam masing-masing di tempat itu. tapi, begitu si murid pilihan ditanya, kenapa ayamnya tidak disembelih, dia menjawab.
"syaikh, sesungguhnya tidak ada satu pun tempat di dunia ini yang aku tidak dilihat/diawasi, karena sesunggunya Allah selalu mengawasiku, ada ataupun tidak ada orang. jadi, maaf syaikh, ayamnya tidak ku sembelih."
semua murid heran dengan jawabannya. ternyata orang yang selama ini dianggap biasa saja dan tidak spesial bisa punya pemikiran seperti itu. kemudian syaikh pun menjelaskan.
"inilah yang membedakannya dengan kalian, biar pun dia tidak sepandai kalian, tapi dia punya rasa malu kepada Allah, dia selalu merasa diawasi oleh-Nya."
No comments:
Post a Comment