Pages

Wednesday, 27 May 2015

Selalu Bawa Uang Pas

cerita ini mungkin bisa jadi pelajaran bagi kita agar selalu membawa uang pas.
suatu hari saya pernah akan pulang ke rumah di Nganjuk. saya naik bis transjogja dari halte instiper menuju terminal giwangan. kenapa harus di instiper, karena itu halte terdekat dari DH.
saya lupa membawa uang pas. uang saya limapuluhribuan.
"terminal ya mbak. ini uangnya."
"maaf mas, gak ada yang lebih kecil kah?"
"gak ada mbak, ya cuman ini."
"gak ada kembaliannya mas." si mbaknya merengut.
saya pun menyodorkan kembali uang saya.
"gak ada kembalian mas."
si mbak tambah geram. tak mungkin tak ada kembalian. kala itu sudah malam, kalau transjogja beroperasi sejak pagi, tentunya sudah berapa banyak uang terkumpul. sehingga saya pun sodorkan kembali, dan si mbak pun dengan terpaksa mencarikan kembaliannya dan mempersilakan saya masuk. tapi kali ini beda. kalo biasanya pegawai gituan dengan ramahnya memberitahu nomer bis mana yang harus saya ambil, eh dia tetep merengut saja. sambil menonton tv kecilnya. sungguh membosankan. setelah saya ingat-ingat ternyata di depan pintu masuk halte ada tulisan "bayar dengan uang pas Rp.3600" pantaslah kalo mbaknya merengut terus.
tidak hanya di situ.
di perjalanan menuju Nganjuk, hampir sampai rumah, eh saya ketiduran. biasa turun di Barong tau-tau turun di Kertosono. padahal kertosono itu jaraknya hampir setengah jam perjalanan dari Barong. gila. malam-malam nunggu bis lagi.
untuk pak sopir dan para krunya baik hati, sehingga saya diturunkan di tempat biasa bis berhenti. di mana lagi kalau bukan di lampu merah. (Indonesia)
setelah sepuluhan menit menunggu, akhirnya saya mendapat bisnya juga. saya pun balik lagi ke arah Barong. ke barat lagi.
"mau kemana mas?"
"Barong pak."
"tiga ribu mas."
ternyata saya kehabisan recehan lagi di saku. saya sodorkan limapuluhribuan ke si bapak.
"maaf mas, gak ada kembaliannya. yang kecil aja ada nggak? tiga ribu mas."
"duh pak, ya cuma itu pak. gak ada yang lain."
"ini bener-bener gak ada kembalian mas. ya udah lah kalo gak ada uang pas, turun sini aja."
gila. baru juga naik udah disuruh turun lagi. untung turunnya gak jauh-jauh amat dari sebuah pemberhentian bis. nah, di sana saya bertemu seorang pak tua. kira-kira usianya enam puluh hingga tujuh puluhan.
"duh pak, saya disuruh turun coba."
"emang kenapa mas?"
"soalnya kata pak kernet gak ada kembalian, terus saya disuruh turun deh. bisa tukar uang gak pak? ini saya ada limapuluhribuan."
"bentar, saya tanyain teman saya dulu." katanya. "PAK TRIS, INI MAU TUKAR UANG LIMAPULUHAN, ADA GAK?" teriak si bapak kepada temannya di seberang. temannya pun memberi isyarat dengan gelengan kepala.
waktu itu sekitar jam dua malam. kalaupun saya telpon orang rumah pasti gak ada yang jawab. kebiasaan mereka baru ngidupin henponnya setelah subuhan. kalau jalan, konyol. naik motor saja butuh waktu setengah jam. naik becak, gak ada. tapi pak tua memberikan saran yang baik kepada saya.
"mas. liat pom bensin di sana? coba deh beli minuman ringan apa gitulah, ntar kan dapat kembalian."
wah brilian juga ide pak tua ini. saya pun membeli satu soft drink dan kembali ke tempat pak tua. kami berbincang-bincang ringan, sambil menunggu bis.
tak lama kemudian ada satu bis yang lewat. pak tua membantu menghentikan. terimakasih pak tua. saya pun bisa pulang.
nah, ini juga bisa jadi pelajaran buat antum-antum semua nih. lain kali, atau kapan pun kalian keluar, jangan lupa bawa uang pas.
sekian.

Daaru Hiraa, 27 Mei 2015


No comments:

Post a Comment