My rating: 5 of 5 stars
saya telah membeli novel ini sekitar tiga tahun yang lalu ketika saya masih di semester ketiga. dan setelah membaca beberapa bab di awal, otak saya belum nyampe. benar-benar mindf**k, sehingga saya simpan di suatu tempat saja. tidak menjamahnya dalam beberapa tahun terakhir.
nah kemarin, saya menemukannya di rak buku. masih seperti baru, iyalah wong tidak pernah terjamah. dan saya pun membacanya lagi.
saya sampai pada kesimpulan bahwa buku ini tidak se-mindf**k yang saya kira. ceritanya begitu menarik. kisah yang menceritakan pertemuan pertama antara Sherlock Holmes dan Dr. John Watson dan mengisahkan kasus pertama yang mereka hadapi semenjak Watson pindah ke Bakerstreet 221B, setelah pulang dari Afghanistan.
Study in Scarlet juga menceritakan atau lebih tepatnya menjelaskan kemampuan deduksi Mr Sherlock Holmes yang luar biasa, bagaimana dia bisa menyimpulkan dengan logika terbalik. "analisis ke belakang" menurut istilahnya. di sana juga dijelaskan bagaimana Mr Holmes membenci para detektif 'profesional' dari kepolisian Britania : Inspektur Lestrade dan Gregson. setting cerita di abad ke sembilan belas (in which the author lived) juga membuat kesan klasik dan retro yang dihasilkan semakin menarik. dan tak kalah pentingnya peran penerjemah yang mampu membuat cerita mudah dipahami serta dinikmati oleh orang Indonesia yang malas membaca buku dalam bahasa aslinya seperti saya.
nah, ingin tau bagaimana kemampuan deduksi Mr Sherlock Holmes, bagaimana kesan Dr Watson terhadap teman barunya di Bakerstreet, bagaimana Mr Holmes bisa begitu membenci inspektur Lestrade dan Gregson? baca bukunya.
No comments:
Post a Comment