Saturday, 12 May 2018

Penguatan Dollar dan Pengaruhnya terhadap Otak Kita (Sebuah Kajian Empiris)

"dollar naik lagi!"

akhir-akhir ini, penguatan dollar amerika serikat terhadap rupiah (juga mata uang di beberapa negara asia tenggara) ternyata tidak hanya berdampak terhadap perekonomian, tetapi juga terhadap otak dan jalan pikiran beberapa orang. lho kok bisa?

long story short, beberapa waktu lalu juga telah terjadi kerusuhan di mako brimob. sekelompok tahanan kasus terorisme merusuh hingga menyebabkan 5 anggota kepolisian meninggal dunia. usut punya usut, para polisi yang gugur tersebut adalah para rookie yang baru lulus pendidikan kepolisian. sedih ya. baru lulus pendidikan. melawan pencopet pun kayaknya belum pernah, tapi langsung disuruh menghadapi teroris.

lalu di mana hubungannya? 
beberapa orang yang (bisa jadi) hilang kewarasannya mengaitkan kerusuhan (yang mengakibatkan korban jiwa) tersebut sebagai pengalihan isu belaka. katanya, pemerintah sengaja "menyetting" sedemikian rupa sehingga perhatian rakyat teralihkan dari "ketidakbecusan" pemerintah yang menyebabkan dollar (lagi-lagi) naik.
bayangkan saudara-saudara sekalian. nyawa manusia, catat ya: manusia (sebagaimana saya, dan anda yang mungkin sedang baca ini, dan saudara-saudara kita yang sama-sama juga makan nasi, minum air dan bernafas pakai oksigen) harus gugur demi pengalihan isu oleh pemerintah. dan anda masih tanya lagi di mana janggalnya.
oke. kecuali anda memang seorang psikopat yang biasa saja melihat orang lain tersakiti bahkan kehilangan nyawa, tentunya anda bisa menyimpulkan bahwa penggiringan opini demikian tidak humanis sama sekali. bagaimana mungkin seorang manusia tega menghilangkan nyawa manusia lain, demi pengalihan isu 14 ribu rupiah?
beberapa berita pun turut beredar.
> kerusuhan akibat napi tidak diberi cukup makanan.
> kerusuhan akibat kitab suci yang tidak diperlakukan dengan baik.
>dan sebagainya.
tetap saja, menurut logika dan hati nurani kita. sesalah-salahnya hal tersebut, apakah lantas menghilangkan nyawa orang lain menjadi bisa dibenarkan?

ingat kembali ucapan gubernur dki jakarta yang terhormat bapak Anis Baswedan: "pendukung adalah cerminan siapa yang didukungnya."
silakan anda benci terhadap pemerintah. silakan anda teriakkan sekencang-kencangnya untuk 2k19 pemimpin baru. itu pilihan anda. kebebasan berpendapat diatur oleh undang-undang. tetapi, sebenci-bencinya kita terhadap pemerintah, apakah harus berbuat sedemikian tega dengan menganggap kematian seseorang sebagai settingan belaka?
kembali ke ucapan pak anis. pendukung adalah cerminan siapa yang didukung. kalau pendukungnya norak, pakai cara-cara tidak sportif, dan menghalalkan segala cara agar saingannya kalah, berarti sosok yang didukung tersebut ya tidak jauh-jauh lah dari ciri-ciri itu. (itu ucapan pak anis ya, bukan ucapan saya)

Karawang, 12 Mei 2018
beberapa hari lagi puasa,
sudah ayo damai saja.
pilpres 2014 sudah lama berlalu.



No comments:

Post a Comment