Pages

Friday, 29 March 2019

Analisis Semiotik Lagu 'Kudu Misuh'



dulu tahun 2007an ketika saya masih smp dan lagu-lagu campursari masih marak, ada satu buah lagu dari dhalang poer yang berjudul kudu misuh, atau dalam bahasa indonesia berarti 'kebelet misuh / mengumpat / bad words'. dhalang poer adalah musisi campursari asal ngawi, jawa timur. saya akan coba menyajikan sebuah analisis singkat nan sotoy mengenai lagu ini.



Cobo to gagasen lelakonku iki
Ora ono senenge susah sing tak temoni
=
coba dengarlah kisah hidupku ini
tak ada senangnya, cuma kesengsaraan yang ku temui

di pembukaan lagu, pendengar sudah langsung diajak untuk 'menyelam' ke dalam kisah penyanyi atau dalam hal ini pendongeng mengenai kesengsaraan dalam hidupnya yang menyebabkannya untuk 'kudu misuh'


Ngolah ngalih gaweyan kabeh ra nate ngunduh
Dino dino isine mung kudu misuh….embuh
=
pindah-pindah kerjaan, (yang) semuanya gak pernah berhasil
hari hari isinya cuman pingin ngumpat.... entahlah

kesialan yang dimaksud ternyata adalah ketidakberhasilannya dalam berpindah-pindah pekerjaan. hmmm.. let's see

Cobo nggarap sawah tinggalane wong tuwaku
Gumunku saben tandur rego rabuke duwur
Bareng tibo panen rego gabahe medun
Kabeh modal utangan ora biso kesahur…ajur
=
coba garap sawah peninggalan orang tua
heranku tiap mulai tanam selalu harga pupuk naik
nah pas panen malah harga gabah turun
semua modal hasil utang tak bisa terbayar.... hancur

kesialan pertama: dari menggarap sawah peninggalan orang tua si pendongeng. kita lihat betapa sialnya bahwa dalam proses penggarapan sawah yang pakai modal utangan, ketika baru mulai tanam harga pupuk tinggi. lha tapi pas panen, harga gabah turun. siapa tak jengkel?
kalau dilihat dari perspektif yang lebih luas lagi, bisa jadi ini adalah sebuah kritik sosial ke pemangku kebijakan terkait subsidi pupuk dan import beras. apakah subsidi pupuk untuk petani kurang mampu telah terdistribusi dengan baik? atau justru subsidi masuk ke tuan-tuan tanah sehingga petani-petani kurang mampu dapatnya pupuk tak bersubsidi yang mahal. dan ketika tiba saat panen, harga gabah turun. apakah pemerintah mengimpor beras saat panen? wah, ternyata lagu ini deep sekali, ya?

Sawah tak dol murah aku nyicil angkudes
Lagi nyopir seminggu rego bensine ngenthes
Tarip tak undakke penumpang nggrundel ae
Kerep telat oli, rusak ring sak metale…oh kere
=
sawah ku jual murah, aku nyicil angkudes (angkutan desa)
baru narik seminggu, harga bensin naik
tarif ku naikkan, penumpang ngedumel semua
sering telat oli, ring dan metalnya jadi rusak.... oh kere!

kesialan kedua: akibat tidak tepatnya kebijakan dari atas terkait subsidi pupuk dan impor beras di masa panen, lantas pendongeng malas untuk melanjutkan penggarapan sawahnya dan menjualnya saja untuk nyicil mobil angkudes. nah di sini kritik sosial lain. baru narik seminggu, harga bensin dinaikkan. akibatnya, mau tak mau tarif harus dinaikkan. lha tapi akibat kenaikan tarif, penumpang ngedumel terus-terusan. lagipula, kenaikan tarif juga tak sebanding dengan biaya maintenance yang harus ditanggung si pendongeng dengan mobil barunya. akibatnya sering telat oli dan bikin mesinnya rusak. god dammit!

 Montor ngangkrak neng bengkel ra biso ogel ogel
Rasane uripku mung kari thengel thengel
Nyepi nang kuburan golek tembusan togel
Nomer ngeblong terus aku tambah dedel duwel…oh gathel
=
mobil* mangkrak di bengkel, gak bisa buat narik lagi
rasanya hidupku sudah tiada artinya
nyepi di kuburan buat nyari tembusan togel
nomer (togel) meleset terus, aku tambah hancur berantakan... oh gathel (umpatan khas jatim)

*catatan : di sebagian wilayah di jawa timur, orang-orang menyebut mobil dengan montor dan sepeda untuk sepeda motor. sepeda yang dikayuh itu, kami menyebutnya sepeda onthel (onthel artinya kayuh).
kesialan ketiga: sawah sudah terjual, buat beli mobil angkudes. lha mobilnya ternyata rusak dan mangkrak di bengkel pula. tidak ada duit buat ngambilnya. pendongeng pun mengambil jalan pintas "judi togel". nah, di jalan haram pun ternyata dia masih sial juga. dengan dibela-belain nyepi di kuburan pun, tidak ada nomer togel yang tembus. ini pun kalau kita telisik lebih jauh menggambarkan bagaimana tindak kriminal itu bisa terjadi. orang cenderung mengambil 'jalan pintas' jika 'jalan utama' sudah mampet. orang menjadi pencuri terkadang bukan semata-mata karena keingingannya, tapi karena dia kelaparan. wah dalam juga ya.

Kabeh dalan wis buntu aku nekat Bandar dadu
Durung ono sing udu keamanan wis jaluk sangu
Ono oknum tentara ono oknum polisi
Bukaan wingi-wingi wis kerep tak amplopi
Bareng prei ra nyangoni aku diseret nyang bui
Diganjar telung sasi….
Misuh sak jrone ati…..jiaaancuk
=
semua jalan sudah buntu, aku nekad jadi bandar (judi) dadu
belum ada yang pasang taruhan, keamanan sudah minta jatah
(di antaranya) ada oknum tentara, ada oknum polisi
ketika baru bukaan kemarin sudah sering aku amplopi
tapi pas aku berhenti nyuap, malah diseret ke bui
diganjar tujuh bulan (kurungan)
mengumpatlah di dalam hati..... jancuk

kesialan yang paripurna: ketika semua jalan dari garap sawah, narik angkudes, sampai yang ilegal 'judi togel' dilalui tapi justru makin hancur saja kehidupan si pendongeng. akhirnya, dengan sisa uang yang ada (entah sudah jual tv atau sepeda motor) dia pun nekad dengan jalan yang lebih hardcore dan riskan, jadi bandar judi dadu. kalau orang-orang bilang, jaman sekarang itu jaman edan. yang haram  aja susah apalagi yang halal. tapi nampaknya orang-orang di setiap jaman mengatakan hal serupa jadi jaman sekarangnya itu jaman sejak kapan juga gak jelas. bagian ini pun seolah menjelaskan rahasia umum (atau kritik sosial) bahwa untuk jenis-jenis 'usaha' yang ilegal dan haraam af, pasti ada saja oknum-oknum 'keamanan' yang melibatkan oknum-oknum penegak keadilan dan 'pengayom masyarakat' yang seharusnya bertugas memberantasnya. tapi namanya juga usaha yang illegal and haraam af ya pasti hasilnya juga tidak berkah. oknum oknum keamanan tersebut ketika sudah dikasih masih tidak puas juga dengan uang suap yang diterimanya. sehingga pada suatu saat si pendongeng berhenti ngasih dan dia pun diganjar dengan 7 bulan kurungan. siapa yang tak misuh.

pesan yang tersirat: lagu kudu misuh ini tidak semata menceritakan kegeraman seorang yang sialnya bertubi-tubi sampai akhirnya diganjar bui akibat 'kecerobahannya' yang tidak mau bayar oknum keamanan. kisah ini selain berisi kritik-kritik sosial (wkk sotoy bat) juga sebenarnya mengandung pesan tersirat yang sangat dope af.
bahwa dalam hidup ini bisa saja kamu akan diganjar dengan berbagai macam kegagalan. tanpa menemui titik terang.
bahwa segala macam upayamu tidak akan mampu mengubah apapun.
bahwa kehidupan tidaklah sama dengan apa yang terjadi di film-film disney yang selalu berakhir dengan bahagia.
bahwa bacotan-bacotan motivator itu kadang tak sepenuhnya benar, dan kehidupan yang sesungguhnya tidaklah semudah bacotan mereka.
bahwa hidup ini kejam, dan mau tak mau we have to deal with it.

i hope lyf is not as miserable same as that kudu misuh song
29032019


1 comment: