semua orang bisa membaca, tapi tidak semua orang bisa membaca. begitu pula, semua orang bisa menulis, tapi tidak semua orang bisa menulis. membaca hanya sekadar membaca, tanpa bisa menyerap apa yang dibacanya. membaca berita dan cerita bohong, tanpa mau mencari tahu lebih lanjut kebenarannya. menulis hanya sekadar menulis, tapi kosong, tidak ada pesan yang bermakna, atau setidaknya menghibur dan runut untuk dibaca.
membaca dan menulis masing-masing setidaknya selama 30 menit per hari akan mulai saya biasakan ke diri sendiri. hal ini untuk meningkatkan kedua kemampuan (skill) tersebut dan membangun kebiasaan (habit) baca-tulis yang telah lama layu. kebiasaan membaca mungkin masih subur, kebiasaan menulis yang telah lama mandeg.
membaca tanpa dibarengi dengan kemampuan literasi tentunya tidak akan banyak bermanfaat. membaca yang sekadar memindai huruf per huruf dan kata per kata tentu berbeda dengan membaca dengan penuh perhatian, dengan kemampuan menyerap isi bacaan dan memasukkannya dalam proses berpikir. saya percaya, membaca dengan mindfulness tentu akan meningkatkan aktivitas otak dan tidak akan membiarkannya 'usang.'
menulis yang hanya sekadar menggoreskan tinta atau data digital ke media tulisan (entah kertas atau layar komputer), tentu akan jauh berbeda dengan menulis secara serius, memusatkan perhatian kepada apa yang ditulis, sehingga mampu menghasilkan tulisan yang runut, fluid, bahkan entertaining. membuat tulisan yang monetizable? rasanya masih terlalu jauh, kalau menulis naskah yang menghibur saja belum bisa. semua buku tentang kepenulisan tidak akan ada artinya kalau kegiatan menulis itu sendiri tidak dilakukan.
akhir kata, saya akan berusaha untuk komitmen 30 menit per hari dalam menulis. seburuk apa pun hasilnya.
tangerang. 11/9/21
No comments:
Post a Comment