Saturday, 1 January 2022

Apa saja yang ku baca sepanjang 2021



Tahun 2021 telah berakhir. Seperti yang sudah-sudah, saya (berusaha) membuat kaleidoskop tahunan untuk merekap apa saja yang telah terjadi di tahun ini. Nah, mulai tahun ini (dan semoga tahun-tahun selanjutnya juga) saya juga akan merekap buku-buku apa saja yang telah dibaca, dengan merangkum secara singkat isi buku-buku yang telah dibaca dan tentu saja penilaian (subyektif) akan buku tersebut. Rekapan ini bisa dibilang merupakan versi lebih panjang dari thread twitter berikut:

Selama 2021 kemarin saya menargetkan untuk menyelesaikan 20 buku, dan ternyata terlampaui juga, malahan surplus. Kebiasaan membaca ini juga berkat Kindle Paperwhite 4 yang saya beli beberapa waktu lalu, yang membuat kegiatan membaca buku menjadi sangat praktis dan bisa dilakukan di mana pun kapan pun (lah kok ngiklan).

Baiklah, berikut buku-buku yang telah saya selesaikan selama tahun 2021, diurutkan berdasarkan waktu penyelesaiannya.


1. Around the World in 80 Days (Jules Verne)

Novel ini berkisah tentang Phileas Fogg dan taruhannya untuk membuktikan bahwa dengan teknologi saat itu ia dapat berkeliling dunia dalam waktu paling lama 80 hari. Dengan latar waktu pertengahan abad 19, ketika perkembangan mesin uap sedang marak-maraknya, terutama di bidang transportasi massal.

Untuk kita yang hidup hari ini dengan teknologi transportasi yang jauh lebih maju, tentu saja tidak akan relevan dengan taruhan tersebut, karena perjalanan antar benua dengan pesawat terbang mungkin hanya memakan waktu beberapa belas jam. Untuk Phileas Fogg dan kawan-kawannya di perkumpulan reformasi yang masih hidup di era pesawat terbang belum ditemukan (bahkan mungkin terbayang pun belum pernah), tentu waktu 80 hari itu menjadi layak dipertaruhkan.

Menurut teman-teman Fogg, dengan teknologi transportasi yang tersedia saat itu tidak mungkin seluruh dunia dapat dikelilingi hanya dalam waktu 80 hari. Tetapi Fogg berpikiran lain. Ia sangat yakin bahwa transportasi telah banyak berkembang, jaringan jalur kereta api telah banyak dibangun, dan teknologi perkapalan mampu melaju lebih cepat dan lebih jauh dari yang pernah dibayangkan manusia di era itu.

Maka petualangan pun dimulai. Segala macam jenis transportasi yang ada kala itu dicoba oleh Fogg. Mulai dari kereta api, kapal, hingga gajah. Meskipun petualangannya cukup seru dan menegangkan, dan Jules Verne juga disebut sebagai Bapak Fiksi Ilmiah (The Father of Science Fiction) tapi menurut saya cukup klise juga (seperti cerita petualangan pada umumnya). Di dalamnay terdapat beberapa konflik dan cerita sampingan yang menambah keseruan kisah utamanya.


2. Death Note: Another Note - The Los Angeles BB Murder Case (NISIOISIN)

Bagi penggemar manga (dan anime) Death Note tentu sudah tidak asing lagi dengan L, detektif terhebat abad ini. Buku ini bisa dibilang merupakan prequel dari manga Death Note, dan berkisah beberapa tahun sebelum kasus KIRA muncul. Sesuai judulnya, The Los Angeles BB Murder Case, di sini L yang dibantu oleh seorang agen FBI Naomi Misora berusaha untuk menyelesaikan misteri pembunuhan beruntun di kota Los Angeles. Dalam setiap aksi pembunuhannya, sang pembunuh yaitu BB (Beyond Birthday) meninggalkan petunjuk berupa boneka jerami Jepang (wara ningyo) di tempat kejadian perkara. Korbannya pun berbagai macam, pria-wanita, dewasa, sampai anak-anak.

Cerita ini dapat dengan cukup baik menggambarkan kecerdasan dan kemampuan deduksi L yang luar biasa, meskipun hanya dengan media tulisan (bukan cerita bergambar alias manga). Di sini juga diceritakan kaitan antara L dan BB, Wammy's house, dan Watari. Untuk yang sudah nonton anime atau baca manga Death Note, pasti tidak asing dengan istilah-istilah itu, sehingga buku ini saya rasa tidak cocok untuk pembaca yang sama sekali belum pernah menikmati serial Death Note utama.


3. Answers to Rhetorical Questions (Caroline Taggart) 

Buku ini saya dapatkan dari bazar buku bulanan Big Bad Wolf yang diadakan secara online di Tokopedia. Sesuai dengan judulnya, pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang sebetulnya tidak membutuhkan jawaban, seperti "Apakah sang Paus beragama katolik?" (Is the Pope a catholic?). Tentu saja beberapa (atau banyak) pertanyaan di buku ini adalah humor belaka, tapi beberapa juga mengandung pengetahuan-pengetahuan trivia yang disajikan secara singkat dalam 1-2 halaman saja. Lumayan menarik dan menghibur.


4. Death Note : L Change the World (M)

Buku spinoff lain dari franchise Death Note ini merupakan novelisasi film dengan judul serupa. Kali ini bercerita tentang L Lawliet yang menuliskan namanya sendiri di buku Death Note demi mengalahkan KIRA, sehingga sisa hidupnya tinggal 23 hari.

Sebuah lembaga teroris sedang berusaha memperebutkan senjata biologis pemusnah massal berupa virus patogen yang dikembangkan di suatu lab di Jepang. Untuk melindungi dunia dari penyalahgunaan senjata yang diciptakannya sendiri, sang profesor pun menyutikkan virus tersebut ke tubuhnya sendiri. Namun, ternyata virusnya telah tertular ke putrinya. Nah, para teroris pun memburu-buru anak perempuan itu untuk memperbanyak virusnya.

Di sisi lain, L yang akan mati dalam beberapa minggu ke depan berusaha mati-matian menyelamatkan sang anak dan membuat antidote dari virus itu agar tidak lebih banyak menyebar. Ceirta menjadi semakin seru dengan adanya konflik antara L, organisasi teroris, FBI, KIRA, dan kejar-kejaran dengan waktu itu sendiri. Bagaimanakah L bisa "mengubah dunia" (change the world) dalam waktu kurang dari 1 bulan sisa hidupnya? 


5. Romeo & Juliet (William Shakespeare)

Naskah drama klasik ini bercerita tentang Romeo dan Juliet (tentunya). Nama Romeo dan Juliet sepertinya memang sudah se-klasik itu sehingga setiap kisah (ehm) cinta, pasti akan teringat akan dua nama itu. Seperti kalau kita ingat listrik, akan langsung ingat nama Watt, atau kalau belajar fisika mekanik tentang gaya kita akan langsung teringat nama Newton. Oke kembali ke pembahasan.

Barangkali semua sudah familiar dengan kisah mereka. Dua keluarga yang saling membenci namun anak-anak mereka saling mencinta, lalu kehidupan mereka berakhir dengan tragis. Banyak mengandung adegan yang sangat tidak pantas sehingga rating-nya memang 18+.

6. A Brief History of Infinity (Brian Clegg)

Ini merupakan satu dari beberapa buku berjudul A Brief History of .... yang saya baca. Barangkali nanti bisa bikin kompilasi buku-buku berjudul A Brief History of ... menjadi satu blogpost tersendiri.

A Brief History of Infinity merangkum berbagai upaya manusia dari era Socrates hingga sekarang untuk memahami konsep "tak terhingga." Semua pendekatan dari filsafat, teologi, dan tentunya matematika dirangkum dengan baik di buku ini.

7. 5 cm per second (Makoto Shinkai)

Adaptasi manga dari film dengan judul yang sama. Sepertinya tetap bisa dinikmati walaupun belum menonton filmnya dulu. Di sini ada beberapa tambahan plot cerita pada tokoh-tokoh utamanya, yang sedikit berbeda dari film animasinya. Bercerita tentang Akari dan Takaki, buku ini memberi kesan yang cukup eerie tentang perpisahan, jarak, dan waktu. 


8. The Garden of Words (Makoto Shinkai)

Lagi-lagi adaptasi manga dari film. Manga ini sama persis dengan filmnya, tidak ada penambahan maupun pengurangan plot. Takao yang masih duduk di bangku SMA selalu bolos saat hujan. Ia meneduh di sebuah taman kota di Shinjuku. Di sanalah ia bertemu Yukino. Setiap hujan turun di pagi hari, Yukino selalu setia menanti Takao di taman itu. Dan di sana mereka saling bertukar tanka...


9. Ada Alien di Luar Angkasa? (Kok Bisa)

"Apakah ada kehidupan di luar bumi?" Sebuah pertanyaan yang sering kali kita tanyakan. Kalau pun ada, sepeti apa, dan bagaimana membuktikannya? Buku ini menceritakan upaya-upaya manusia untuk mengenal langit dari era klasik hingga saat ini. Karena target pembacanya yang terlalu luas dan untuk mengakomodir para awam, tulisannya terlalu shallow.


10. Sapiens - versi grafis (Yuval Noah Harari)

Buku sejarah manusia yang sangat komprehensif, tersaji dalam versi komiknya. Sayangnya, buku grafis ini hanya mengakomodir bagian pertama saja (yaitu era perburuan-pengumpulan alias hunting & gathering). Begitu cintanya saya dengan buku ini mungkin (kemungkinan besar) akan jadi bias terhadap penilaiannya. Yang jelas, Sapiens yang versi asli sudah pernah saya tulis resensinya di sini. Buku Sapiens berkisah ke belakang dan menjelaskan fenomena-fenomena sekarang menurut cermin di masa lalu. Kenapa kita begini, kenapa kita begitu, ternyata adalah efek dari kehidupan dan persaingan rantai makanan yang telah dilalui para leluhur kita ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Singkatnya, hal itulah yang membuat saya jatuh cinta dengan buku Sapiens. Saya jatuh cinta dengan teknik berceritanya yang sederhana namun tetap mengandung esensi.

11. Filosofi Teras (Henry Manampiring)

Saya sangat jarang membaca buku pengembangan diri (self development), karena terasa seperti disuruh-suruh. "Kamu harus begini-begitu untuk bahagia." Buku ini berbeda. Filosofi teras adalah rangkuman stoisisme dalam bahasa yang ringan dengan contoh sehari-hari sehingga semakin relevan untuk kehidupan jaman sekarang. Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan, walaupun ada sedikit redundansi di dalamnya.


12. Flatland: A Romance of Many Dimensions (Edwin Abott)

Bayangkan bila kamu hidup di ruang dua-dimensi. Pandanganmu pun terbatas, segala yang kamu lihat hanyalah garis. Ada yang pendek, ada yang panjang, ada yang gelap, dan ada yang terang. Hanya itulah yang kamu bisa lihat dari sudut pandang di ruang dua-dimensi. Flatland bercerita mengenai hal itu, dipandu oleh seorang tokoh utama yang merupakan bujur sangkar, kita diajak berkeliling ke dunianya yang datar, sempit, dan berisi aturan-aturan aneh. Dalam dunia Flatland, status sosial dilihat berdasarkan berapa banyak sisi yang kau miliki. Semakin banyak sisi, semakin tinggi kastamu. Novel ini merupakan sebuah satire yang sangat kental dengan matematika.


13. The Girl with Seven Names (Hyeonseo Lee)

Kim Ji-hae dibesarkan di sebuah desa kecil di Korea Utara. Dari kecil ia meyakini bahwa negaranya ialah yang terbaik di dunia, yang paling makmur, paling adil... sebuah negeri utopia. Suatu ketika ia terpikir untuk menyeberangi sungai Yalu yang menghubungkan desa kecilnya dengan desa seberang (yang masuk wilayah China).

Suatu malam di musim dingin, sungai yang membatasi 2 negara itu pun membeku. Ia berjalan di atas es dan sampailah di seberang. Di negara lain. Itulah hari pertamanya keluar dari negeri utopis yang membesarkannya. Di sana, ia lihat segalanya lebih terang. Lampu menyala di mana-mana, sangat berbeda dengan desa kecilnya yang sering kali mendapat pemadaman listrik. Hari itu ia mulai menyadari bahwa ternyata hal yang ia pelajari sejak kecil tidaklah benar. Di luar desa kecilnya, negeri utopianya, ada negeri yang lebih makmur, lebih terang, lebih besar.

Buku ini menceritakan pengalaman Ji-hae selama bertahun-tahun kabur dari sergapan polisi, menghindari deportasi, berganti profesi, dan berganti-ganti nama sampai ia sampai di Korea Selatan dengan namanya yang ke-tujuh, yang ia pakai hingga saat ini, Hyeonseo Lee. Dari Korea Selatan kemudian dia berusaha menyelundupkan anggota keluarganya yang lain untuk tinggal bersama di sana.
Kisah nyata ini begitu mengerikannya sehingga terasa seperti membaca sebuah novel fiksi.


14. Siddhartha (Herman Hesse)

Siddhartha adalah seorang pemuda paruh baya yang dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan di suatu wilayah di India. Suatu hari ia mengatakan kepada ayahnya bahwa ia ingin menjadi pertapa dan mencari jalan menuju pencerahan. Ia kemudian kabur dari rumah untuk mencari pencerahan itu. Ia hidup seadanya, dari desa ke desa, hutan ke hutan. Suatu hari ia bertemu seorang pengemudi perahu penyeberangan di sebuah sungai, dan di sanalah kira-kira "pencerahan" yang ia dambakan itu akhirnya datang.

Mohon maaf apabila spoiler dikit, tapi Siddhartha si tokoh utama di sini bukan Siddhartha Gautama yang itu ya, tapi di novel ini dikisahkan mereka hidup se-zaman. Memang agak sedikit membingungkan.


15. The Socrates Express (Eric Weiner)

"Bacalah filsafat bukan sebagai filsafat, melainkan sebagai puisi yang memperkaya jiwa."

Eric Weiner berhasil membuat filsafat menjadi sesuatu yang menyenangkan, bahkan menenangkan. Dengan format perjalanan naik kereta, ia bercerita inti sari dari berbagai ide pemikir-pemikir barat timur. Ide dari masing-masing pemikir dirangkumnya dalam 1 bab singkat sekitar 20an halaman, dengan format pertanyaan, atau lebih tepatnya petunjuk (tutorial, how-to). Misalnya "Bagaimana bertanya seperti Socrates?" hingga "Bagaimana menjadi baik hati seperti Confucius?"

Buku ini ditulis dalam 3 bagian yang menggambarkan perjalanan itu sendiri, dimulai dari Pagi, Siang, hingga Senja, dengan pendahuluan berjudul Keberangkatan, dan Epilog Kedatangan.


16. The Book of Tea (Kakuzō Okakura)

Ini adalah buku terpendek yang saya baca sepanjang tahun ini. Hanya 40an halaman. Buku ini bercerita sejarah teh secara singkat, mulai dari asal mula teh, macam-macam penyiapan teh di jaman dahulu hingga bagaimana eropa mulai mengenal teh dari timur dan memulai budaya minum teh mereka sendiri. Selain itu buku ini juga bercerita filosofi dari teh itu, apa makna budaya minum teh di barat dan timur, dsb.


17. The World War I Story (Chris McNab)

Seperti apakah perang besar alias perang dunia pertama jika diceritakan dalam 5 menit? Buku ini jawabannya. Dengan pembahasan yang singkat namun cukup komprehensif, buku saku perang besar ini berisi gambar-gambar asli dari medan pertempuran, fakta-fakta menarik, dan trivia-trivia singkat seputar perang dunia pertama yang pasti sangat menarik bagi pecinta sejarah perang. Walaupun tak benar-benar buku "saku" tapi ukurannya memang mini. Kira-kira seukuran A5 dalam posisi cetak landscape.


18. The World War II Story (Chris McNab)

Sama seperti No.17, tapi untuk sejarah perang dunia kedua.


19. The Little Prince (Antoine de Saint-Exupéry)

Kisah si pangeran cilik (le petite prince) yang datang dari dunia yang jauh untuk berkunjung dan berkeliling bumi. Selama petualangannya, ia menceritakan berbagai hal yang dia alami dan lihat dari sudut pandang anak kecil. Sungguh wholesome dan polos.


20. Ini Buku Dandees (Danang & Darto)

Tipikal buku seleb. Banyak gambar dan "permainan" di dalam bukunya. Tidak jelek sih, tapi ya begitu lah. Banyak humor yang semestinya disampaikan secara verbal tapi dibuat tulisan, sehingga kurang dapat saja lucunya.


21. How I Killed Pluto and Why It Had It Coming (Mike Brown)

Mike Brown adalah seorang astronomer Caltech. Singkat cerita, pada suatu hari di tahun 2005, ia menemukan sebuah benda langit di sabuk Kuiper (yang kala itu disebut 2003 UB-313) yang "diduga kuat" seukuran dengan Pluto. Hal itu tentunya menggemparkan dunia. Planet ke-sepuluh telah ditemukan!

Namun, Brown sebagai penemu "planet ke-sepuluh" tersebut justru kurang happy jika penemuannya masuk sebagai planet baru. Menurutnya, dengan kekuatan teleskop dan kecanggihan komputer di era ini, suatu saat akan semakin banyak ditemukan objek-objek lain yang serupa di sabuk Kuiper, sehingga planet bisa menjadi ratusan jumlahnya. Brown berpendapat, dalam tata surya kita seharusnya hanya hal-hal yang "cukup signifikan" saja yang disebut planet.

Maka terjadilah perdebatan di pertemuan besar (general assembly) Perkumpulan Astronomi Intenasional (IAU - International Astronomical Union) di Praha, tahun 2006 silam. Dan seperti yang kta tahu, Pluto "dieliminasi" dari status planetnya sejak saat itu. IAU juga menelurkan satu lagi kategori benda langit yaitu planet katai (dwarf planet), di mana Pluto, 2003 UB-313 (yang kemudian dinamai Eris), dan beberapa obyek lain yang serupa masuklah ke dalam kategori itu.

Hmmm, tapi sebetulnya buku ini tidak hanya bercerita tentang "kematian" Pluto sih (meskipun itu merupakan premis utamanya), tapi juga menceritakan perjalanan karir Brown selama menjadi astronomer, pertemuannya dengan istrinya, kelahiran anaknya, sampai bagaimana ia kemudian jatuh cinta dengan studi tata surya dan mengantarkannya untuk menemukan "Planet Ke-sepuluh."

Buku How I Killed Pluto... adalah kisah Brown sebagai saintis, sekaligus sebagai "manusia biasa."


22. Percy Jackson's Greek Gods (Rick Riordan)

Pada mulanya, tidak ada apa-apa di jagad raya kecuali Chaos. Kemudian Chaos menciptakan Gaea sang ibu bumi dan Uranus sang ayah langit. Dari mereka lahirlah para Titan... Lho eh, kok jadi ringkasan buku. Yang jelas, buku ini bercerita tentang dewa-dewi dalam mitologi Yunani, termasuk bagaimana awal mula adanya mereka... yaitu dari bangsa Titan. Ehm, sulit menuliskan keseruan buku  fantasi ini tanpa spoiler. 

Novel  ini merupakan versi pop dari dongeng mitologi Yunani yang isinya bisa berlapis-lapis buku dengan cerita yang membosankan. Greek Gods juga merupakan buku yang "terpisah" dari serial Percy Jackson sehingga bisa dibaca secara terpisah tanpa harus membaca serial utamanya terlebih dahulu. Greek Gods bercerita kisah-kisah esensial 12 Olympian dan beberapa dewa-dewi "minor" lain. Ada perselingkuhan, perebutan wilayah patronase, sampai pengkutukan mortal yang diceritakan dengan sangat apik layaknya oleh seorang anak remaja 12 tahun. A very pleasant read.


23. World War II (Gerard Cheshire)

Buku album foto perang dunia kedua, dengan teks-teks singkat dan berbagai fakta perang yang mungkin tidak dipelajari di kelas. Diceritakan secara kronologis, suasana berbagai pertempuran dalam perang tersebut sangat jelas digambakan dalam buku cetak penuh warna di atas media art paper. Kira-kira sama lah dengan buku No. 17 dan 18, tapi dengan ukuran buku yang lebih besar (kira-kira seukuran B5).


24. Percy Jackson and the Lightning Thief (Rick Riordan)

Percy Jackson mengira dia seperti anak-anak lain seusianya. Anak-anak biasa dengan tugas sekolah menumpuk dan pelajaran matematika yang menjemukan. Tapi ternyata tidak! Dia lebih dari teman-teman mortal-nya. Tanpa ia sendiri sadari, Percy adalah seorang demigod. Ayahnya adalah Poseidon si dewa laut, dan ibunya seorang wanita mortal.

Suatu hari terjadi berbagai keanehan yang membuatnya tersadar, ternyata dirinya bukanlah anak biasa. Dan ternyata, sahabatnya Grover yang selama ini memakai tongkat jalan bukanlah sekadar anak biasa. Rupanya.... Eh eh kok spoiler sih.

Buku pertama dari serial Percy Jackson and the Olympians (disingkat PJO) ini mengisahkan tentang kemarahan Zeus karena petirnya telah dicuri. Percy yang kemudian menyadari siapa dirinya sebenarnya mulai tinggal di Camp Half-blood selama musim panas. Camp Half-blood adalah sebuah perkemahan yang dikhususkan untuk anak-anak seperti dirinya, dengan latihan-latihan fisik layaknya para pahlawan Yunani. Dari situlah kemudian petualangan Percy untuk mencari petir Zeus demi meredakan amarahnya dimulai.

Buku pertama PJO ini bisa dibilang merupakan awal mula penyelaman ke dunia mitologi Yunani dengan bahasa yang lebih pop, ringan, dan enak untuk dibaca. Diceritakan dari sudut pandang orang pertama oleh Percy sendiri, kita seperti didongengi oleh seorang remaja usia SMP.


25. Harry Potter and the Philosopher's Stone (J.K. Rowling)

(Sebenarnya agak terasa enggan untuk menuliskan review tentang buku ini. Salah satu kisah fantasi klasik yang sepertinya semua orang sudah ketahui. Tapi ya okelah.)

Suatu hari di Privet Drive, dua orang misterius mengantarkan seorang bayi yatim piatu ke kediaman Dursley. Bayi itu bukan bayi biasa. Dialah The boy who lives (si bocah yang hidup). Bocah yang hidup itu tidak lain adalah Harry Potter, yang merupakan tokoh utama dalam serial novel fantasi ini, dan sekaligus menjadi judul serialnya.

The boy who lives menjadi ikon di dunia sihir karena kekuatannya yang luar biasa sehingga mampu menangkal suatu kekuatan gelap yang luar biasa besarnya. Di buku pertama ini, kita disuguhi dunia penyihir, khususnya di Sekolah Sihir Hogwarts (Hogwarts School of Witchcraft and Wizardy). Kita diperlihatkan gambaran umum Hogwarts dan keanehan-keanehan di dalamnya, tak lupa pula mata pelajaran yang aneh-aneh seperti potion making (pembuatan ramuan), history of magic, hingga spells (mantra-mantra). Tak hanya mata pelajarannya yang aneh, permainannya pun aneh. 

Buku pertama serial Harry Potter ini menceritakan petualangann Harry dan teman-temannya untuk menemukan batu bertuah (philosopher's stone) yang memiliki khasiat membuat penggunanya menjadi hidup abadi. Ia melakukan itu untuk mencegah batu tersebut jatuh ke tangan kekuatan jahat yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya. Penuh keseruan dan ketegangan.


26. Percy Jackson and the Sea of Monsters (Rick Riordan)

Pohon ajaib yang selama ini memberi medan perlindungan untuk menangkal berbagai monster jahat masuk ke perkemahan, ternyata telah dilukai! Akibatnya, monster-monster bisa masuk ke perkemahan dan menyerang para siswa di dalamnya.

Selain itu, sahabatnya Grover juga tidak ada kabar!

Gawat.

Percy yang telah memasuki liburan musim panas lagi, kini bertugas untuk menemukan suatu kain penyembuh, sebuah kain emas legendaris -the golden fleece untuk menyembuhkan sang pohon pelindung. Di sini petualangannya bersama teman-temannya dimulai kembali, untuk menemukan kain tersebut dan mencari Grover. Di buku kedua ini semakin banyak tokoh mitologi yang diperkenalkan kepada para pembaca, dan masih dengan gaya didongengi anak remaja usia SMP.


27. Laut Bercerita (Leila S. Chudori)

Orde baru adalah enigma. Banyak hal disembunyikan. Banyak orang dibungkam. Banyak kegiatan dibatasi. Biru Laut dan teman-teman mahasiswanya memperjuangkan titik balik dari keadaan itu. Dengan organisasinya, Winatra dan Wirasena, Laut dan teman-temannya berusaha keluar dari kekangan orde baru dengan membuat berbagai pergerakannya yang membuat orba resah.

Sampai suatu saat di puncak orba, Laut dkk diculik dan ditempatkan di suatu bunker yang jauh dari keramaian. Mereka diinterogasi, dipukuli, hingga akhirnya ada beberapa yang dipulangkan (dan beberapa yang "dihilangkan").

Di Laut Bercerita, Laut bercerita sebagai orang pertama dengan alur maju-mundur yang membuat jantung berdegup kencang dan lega secara bergantian. Bagian dua dari buku ini adalah kisah mereka yang kehilangan, mereka yang terus menerus mencari, berhalusinasi, hingga berdamai dengan kehilangannya. 

"Mas Laut pasti pulang."


28. Isaac Newton (James Gleick)

Pada hari natal tahun 1642 di Woolsthorpe Manor, Inggris seorang legenda yang dapat "melihat lebih banyak dengan duduk di bahu raksasa" dilahirkan. Ia dilahirkan di tahun yang sama ketika Galileo Galilei (sang raksasa yang ia sendiri maksudkan) meninggal dunia. Ayahnya telah mendahuluinya 3 bulan sebelum ia hadir ke dunia, dan ia mendapat nama sama dengan nama ayahnya. Dialah Isaac Newton. Seorang matematikawan, filsuf alam, alkemis, sampai ahli sejarah dan teologi. And the rest was history.

Biografi karangan Gleick ini cukup komprehensif menggambarkan seluruh sisik melik kehidupan Newton sebagai seorang manusia biasa, sebagai seorang filsuf alam, alkemis, hingga teologis. Di sana diceritakan pula betapa miskinnya keluarga Newton sehingga ibunya sendiri tidak mampu untuk menyekolahkannya ke sekolah tinggi, dan betapa ia harus menghemat-hemat buku tulis karena di zaman itu kertas adalah barang mewah. Biografi ini menceritakan sedikit mengenai "sekte sesat" Newton dan perkumpulan rahasianya. Tak lupa buku ini juga sedikit menyinggung tentang pertikaian Newton dengan Leibniz mengenai penemuan matematika kalkulus.

Sebagai sebuah biografi, karangan Gleick ini cukup memberikan gambaran umum kehidupan sang legenda fisika. Untuk bacaan ringan sepulang kerja, cukup enjoyable lah. Di sini kita diberi sedikit gambaran kehidupan pribadi Newton sebagai seorang manusia biasa, di luar kehidupannya di bidang akademik.

"Amicus Plato, amicus Aristoteles, sed magis amica veritas." -Sir Isaac Newton


29. World War I (anonim, 2014)

Masih satu seri dengan Buku World War II (daftar no. 23), sebuah album foto perang dunia I sekaligus dengan rangkuman kejadian dan pertempuran selama perang besar berlangsung. Ketika teknologi transportasi (serta teknologi komunikasi dan senjata) sedang berkembang dengan pesatnya, perang besar melanda eropa. Perang yang disebut-sebut sebagai "the war to end all wars" ini cukup massif sehingga sampai melibatkan daerah-daerah di luar eropa. Seperti halnya buku no. 23, foto-foto di buku ini dijepret langsung dari medan pertempuran.


30. Xenoglosofilia - Kenapa Harus Nginggris (Ivan Lanin)

Buku ini adalah kumpulan tulisan bite-sized singkat 1-2 halaman mengenai beberapa (banyak) kata yang kita gunakan sehari-hari yang masih berasal dari bahasa asing, padahal ada padanannya di bahasa Indonesia. Misalnya seperti bill, meeting, schedule, dll. Di Sini Lanin juga memberikan usulan kata-kata yang dia "karang" sendiri seperti tanja (tanya-jawab). Selain mengulas kata-kata asing, di sini Lanin juga membeikan sedikit "kuliah bahasa Indonesia" di bagaian kedua buku. Jika kamu adalah pengikut Ivan Lanin di twitter, buku ini sangat terasa seperti cutitan-cuitan beliau di sana. Buku ini begitu ringan, sehingga saya yang pembaca lambat ini pun dapat menyelesaikannya dalam sekali duduk dengan ditemani 1 gelas iced coffee es kopi.


31. The Calculus Wars: Newton, Leibniz, and the Greatest Mathematical Clash of All Time (James Socrates Bardi)

Sebagaimana saya sempat singgung sedikit di daftar No. 28 tentang pertikaian Newton dan Leibniz, buku ini membahas khusus mengenai hal itu. Di sini, "perang kalkulus" diuraikan secara kronologis mulai dari kelahiran hingga kematian dua tokoh utamanya.

Untuk lebih memberikan gambaran kepada pembaca mengenai seberapa besarnya pertikaian kalkulus di zaman itu, Bardi menggambarkan pula hubungan antara dua tokoh tersebut dengan orang-orang yang pernah berhubungan dengan mereka, baik hubungan secara profesional maupun pribadi. Misalnya ketika Newton punya clash pribadi dengan Robert Hooke mengenai teorinya tentang cahaya, atau hubungan pekerjaan Leibniz dengan Duke (adipati) Hanover. Saking banyaknya pembahasan mengenai hal-hal "sekunder" seperti itu, menurut saya malah membuat premis utama dari buku ini (yaitu perang kalkulus itu sendiri) jadi terkesampingkan.

Buku ditutup dengan kematian kedua tokohnya. Newton yang terlahir dari keluarga miskin di Lincolnshire pada akhir hidupnya menjadi orang yang kaya-raya dan sebaliknya Leibniz yang terlahir dari keluarga yang "cukup" sejahtera hidupnya berakhir dengan tragis dan banyak penyakit. Newton dari yang bukan siapa-siapa menjadi orang paling dikenang di Inggris (mungkin juga di seluruh dunia) hingga kini, dan Leibniz... mungkin kalau tidak membaca tulisan ini juga belum tentu kamu tahu siapa dia.


32. Relativitas: Teori Khusus dan Umum (Albert Einstein)

Pada awal abad ke-dua puluh, dunia fisika digemparkan oleh seorang anak muda dari Jerman yang bekerja sehari-hari di kantor paten Bern. Anak muda itu menulis beberapa makalah (paper) yang banyak dibahas, diujicoba, dan dibuktikan oleh banyak orang hingga kini. Di antara tulisannya yang menggemparkan itu ialah teori relativitas, yang dibahas oleh penemunya langsung di buku ini.

Buku ini lumayan berat dan membingungkan, terjemahan yang dipakai juga "seolah" mengikuti gaya penulisan oleh penulis aslinya, sehingga banyak istilah yang cukup "arkaik" dan "aneh" bagi pembaca kontemporer, misalnya seperti bahang (alih-alih panas atau kalor). Jika kamu ingin mengenal teori relativitas, sepertinya jangan dimulai dari buku ini, deh. hehehe


33. Fantastic Beasts and Where to Find Them (Newt Scamander J.K. Rowling)

Buku ini berisi katalog dari makhluk-makhluk mitologi (beasts) di dunia Harry Potter dan Fantastic Beasts yang dideskripsikan per halaman dengan gambar-gambar ilustrasi dan tingkat bahaya dari masing-masing beast tersebut. Dan btw, beasts yang dituliskan di sini memang ada dongeng atau mitosnya, misalnya naga, yeti, burung phoenix, dll.


34. How to Avoid a Climate Disaster (Bill Gates)

Pembahasan mengenai penyebab utama bencana perubahan iklim (yaitu emisi 51 milyar ton karbon dioksida per tahun) dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi atau mencegahnya (yaitu dengan mengeliminasi emisi tersebut menjadi nol). Pembahasan dituliskan per sektor, yaitu transportasi, konstruksi, sampai rumah tangga (municipality).

Alternatif yang diusulkan oleh Gates dalam buku ini cukup ambisius (untuk tidak menyebut utopis) karena menurutnya benar-benar diperlukan perubahan yang radikal pada berbagai sektor untuk menggeser dari penggunaan bahan-bahan dan proses yang menyebabkan carbon footprints menjadi benar-benar bersih dan berkelanjutan (sustainable). Dan lebih radikalnya lagi (untuk tidak menyebut gila), semua itu harus dicapai sebelum tahun 2050. Dalam buku, Gates menggunakan istilah Green Premium untuk menyebut berapa "kompensasi" kita untuk mengganti proses atau bahan yang selama ini digunakan menjadi sesuatu yang lebih bersih dan "hijau". Misalnya pada energi listrik rumahan (yang sebagian besar masih berasal dari PLTU batubara), untuk menggantinya dengan energi nuklir yang lebih bersih, berapa peningkatan biaya per kWh yang harus ditanggung oleh konsumen.

Namun, di luar kegilaannya, memang buku ini cukup memberikan gambaran betapa besar kerusakan yang kita sebabkan (secara kolektif sebagai spesies) dimulai dari revolusi industri hingga hari ini. Buku ini dapat diunduh secara gratis di halaman web Bill Gates dengan memasukkan e-mail mahasiswa/siswa.


35. The Big Questions in Science (Hayley Birch, dkk.)

Buku ini ditulis dengan format menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam sains, yang dianggap merupakan "pertanyaan besar" (big questions). Masing-masing dari pertanyaan tersebut "dijawab" oleh orang yang "ahli" di bidangnya (makanya penulisnya banyak, kan. Pakai dkk). Pertanyaan seperti "terbuat dari apakah alam semesta?" hingga "apa yang menyebabkan kita (disebut) manusia?" dijawab dengan ringkas dalam 4-5 halaman buku berukuran B5 di atas media art paper.

Beberapa pertanyaan dijawab dengan cukup lengkap, namun beberapa pertanyaan yang lain seperti "menggantung." Hal lain yang perlu disoroti adalah penggunaan latar hitam di atas tulisan putih yang cukup mengganggu, apalagi dengan kertas yang mengkilap (glossy) sehingga menjadi sulit untuk membacanya, apalagi di bawah penerangan cahaya lampu secara langsung.


36. Life of Pi (Yann Martel)

Pembacaan ulang untuk yang ke-sekian kalinya, hanya saja kali ini baca ulang dalam bahasa aslinya (Inggris). Berisi berbagai metafora dan simbolisme, ulasan untuk buku ini sudah pernah saya buat di sini dan di sini.


37. The Martian (Andy Weir)

Seperti halnya Life of Pi dan Harry Potter, saya menikmati The Martian ini dalam bentuk filmnya dulu baru membaca bukunya. 

Suatu hari di tahun 2030an, NASA yang bekerja sama dengan ESA telah mengirim manusia ke planet Mars untuk yang ketiga kalinya dalam misi yang dinamai Ares III (iya, di kisah itu NASA sudah berhasil memberangkatkan manusia TIGA KALI ke mars bahkan sebelum 2040). Enam orang kru dalam misi itu direncanakan untuk menetap di Acidalia Planitia selama 30an Sol (Sol adalah hari di mars yang kira-kira lebih panjang 40 menit dibandingkan hari di bumi). Namun, tak disangka pada Sol 6, badai besar melanda sehingga mau tak mau mereka harus meninggalkan area misi dan kembali ke bumi.

Singkat cerita, Mark Watney yang merupakan ahli mesin (mechanical engineering) dan utamanya ahli botani (botanist) dari misi itu ternyata ketinggalan pesawat! (jadi menurut cerita di buku itu, setiap kru meskipun punya lebih dari satu keahlian alias multitalent, meskipun masing-masing punya satu keahlian yang merupakan specialty mereka.) Kru lain mengira Watney telah tewas di Sol 6. Ternyata, Watney masih hidup! Maka yang terjadi terjadilah. Mark Watney dengan segela kemampuan botani dan enjiniringnya berusaha sekuat tenaga untuk bertahan hidup, sekaligus mencari cara untuk berkomunikasi dengan Houston, dan meminta bantuan untuk kembali ke bumi. Petualanganya di planet merah pun dimulai.

Kisah fiksi ilmiah ini menjadi salah satu yang paling akurat secara ilmiah (scientifically accurate) menurut berbagai sumber. Dan memang, banyak hal yang disebutkan oleh pengarang di dalamnya merupakan fakta-fakta ilmiah. Selain kisah petualangan yang menegangkan, kita juga disuguhi berbagai trivia mengenai mekanika orbit planet, planet mars itu sendiri, dan pengetahuan astronomi secara umum. Andy Weir memanglah cerdas!


38. Kartun Fisika (Larry Gonick & Art Huffman)

Selama ini saya kira bahwa dua kata itu -kartu dan fisika tidak bisa berjalan beriringan, namun ternyata saya salah. Perpaduan teknik bercerita fisikawan Art Huffman dan gambar ilustrasi dari kartunis Larry Gonick membuat Fisika menjadi mengasyikkan untuk dibaca.

Kartun Fisika merangkum dua tema besar dalam fisika yaitu mekanika dan elektromagnetisme. Goresan Larry Gonick dan sisipan humornya membuat dua tema berat itu menjadi ringan untuk dibaca. Bagian mekanika dimulai dari definisi kecepatan dan percepatan dan semakin belakang menjadi semakin rumit (tentu saja). Sampai di bagian elektromagnetika, ada bab khusus tentang relativisme yang membuat kita mengernyit dan membatin "apaaan."

Upaya Gonick dan Huffman untuk membahasakan fisika menjadi lebih sederhana dalam media kartun patut diapresiasi, meskipun beberapa bagian di buku ini masih terlalu berat dan sulit untuk orang awam, namun setidaknya ada gambaran umum apa itu fisika. O iya satu lagi mengenai terjemahannya. Beberapa lawakan atau humor di buku ini jadi tidak tersampaikan karena adanya translation gap di dalamnya, dan saya juga menemukan beberapa eror penerjemahan misalnya seperti kunang-kunang yang serta merta dituliskan lalat api (dari bahasa Inggris firefly). Namun secara keseluruhan, buku ini cukup enjoyable.


Itulah daftar bacaanku di 2021 kemarin. Lumayan sih walaupun tidak banyak banget. Dari 38 buku dalam daftar, 17 buku termasuk fiksi dan 21 nonfiksi. Dari segi genre, bacaanku di 2021 terdiri dari fiksi ilmiah (scifi), sains populer, biografi & memoir, sejarah, filsafat, sampai humor. Dari segi bahasa, 15 buku berbahasa Indonesia, dan sisanya 23 buku berbahasa Inggris.

Tantangan baca (reading challenge) 2021 telah usai. Saatnya menyongsong reading challenge 2022 yang saya targetkan 30 buku. Semoga bisa tercapai, atau bahkan surplus lagi.


Tangerang, 1 Januari 2022




No comments:

Post a Comment