Tujuh lapis langit, tujuh tangga nada, tujuh warna pelangi, tujuh hari dalam seminggu. Ada apa dengan angka tujuh? Kenapa angka tujuh hadir di mana-mana?
***
Dahulu kala, jauh hari sebelum listrik ditemukan, sebelum lampu dari jalanan menyebabkan polusi cahaya, umat manusia melihat langit dengan seksama. Bumi masih disebut sebagai pusat dari segalanya, pusat dari alam semesta, sehingga kita manusia yang menempati bumi ini pastilah merupakan ciptaan yang spesial.
Tatkala melihat langit manusia menyadari, di antara banyaknya bintang-bintang yang seolah letaknya tidak berubah (yaitu bintang tetap atau fixed stars), ada bintang-bintang yang bergerak. Letaknya berubah-ubah setiap malam (relatif terhadap bintang-bintang lain yang tetap di tempatnya). Orang-orang Yunani kemudian menyebut objek-objek yang bergerak tersebut "planet" yang berarti pengelana.
Masih beberapa puluh abad lagi sampai teleskop pertama ditemukan, sehingga manusia di kala itu menyimpulkan hanya ada 7 planet di langit: matahari, bulan, merkurius, venus, mars, jupiter, dan saturnus. Bumi belum dianggap sebagai planet, karena merupakan tempat yang spesial untuk ciptaan yang spesial dan merupakan pusat dari segalanya. Matahari dan bulan disebut sebagai planet karena posisinya yang selalu berubah di langit, sebagaimana definisi (awal) planet.
Keyakinan mengenai Bumi sebagai pusat dari segalanya dan dikelilingi oleh 7 planet melahirkan kepercayaan bahwa langit pastilah terdiri dari 7 lapis, di mana masing-masing planet tersebut menempati masing-masing lapisnya. Lapis yang terdekat dengan bumi yaitu lapis pertama, ditempati oleh "pengelana" yang paling cepat peredarannya yaitu matahari yang beredar setiap 24 jam.
Angka 7 kemudian mewujud ke hal lain lagi, 7 hari dalam seminggu. Hal ini cukup aneh karena peradaban tertua di dunia (Sumeria) menggunakan bilangan berbasis heksadesimal. Basis bilangan heksadesimal melahirkan sistem yang serba 6, 12, dan 60. Ada 60 menit dalam satu jam, dan 60 detik dalam satu menit. 12 jam siang, 12 jam malam. Definisi bahwa satu putaran penuh terdiri dari 360 derajat juga berasal dari Sumeria. Loh kok jadi bahas heksadesimal.
Dalam bahasa Inggris, nama-nama 7 hari dalam seminggu juga berasal dari 7 planet klasik di atas: Sunday berasal dari sun-day, Monday dari moon-day, dst. Agama-agama Abrahamik juga meyakini bahwa dunia dan seisinya diciptakan Tuhan dalam waktu 7 hari.
BTW dalam bahasa Inggris juga (dan di banyak bahasa/budaya lainnya), langit bersinonim dengan surga. Dalam bahasa Inggris, kata heaven selain berarti surga juga berarti langit. Sebelum sains modern mengungkapkan langit (atau lebih tepatnya angkasa) yang sebenarnya, yang bersifat vakuum, yang besarnya bisa dibilang tak terhingga, 7 lapis langit itu ya 7 lapi surga. Sampai ketika sains modern mengungkapkan yang sebenarnya, lalu pandangan itu "direvisi" atau "ditafsirkan ulang", bahwa langit dalam pengertian surga bukanlah langit harfiah tapi langit dalam arti spiritual. 🤷♀️
Kita maju beberapa abad...
Pada pertengahan abad ke-17, di tengah kaburnya Isaac Newton ke kampung halamannya akibat wabah besar London (London great plague), ia mempelajari cahaya secara intensif. Dengan prisma-prismanya, ia meneliti refraksi dari cahaya matahari sehingga menyimpulkan bahwa cahaya putih adalah kumpulan dari semua warna. Hal ini bertentangan dengan pengetahuan (atau keyakinan) mainstream kala itu bahwa cahaya putih adalah cahaya paling murni yang tidak tercampur warna apapun, sebagaimana cat putih adalah cat tanpa campuran zat pigmen. Ia menemukan bahwa ketika cahaya putih dilewatkan ke prisma, maka akan terbentuk pelangi, atau cahaya putih tersebut akan "terpisah" spektrumnya menjadi berbagai warna. Namun, ketika masing-masing warna dilewatkan ke prisma lagi, tidak ada pemisahan warna lebih lanjut yang bisa teramati. Newton lalu menuliskan bahwa cahaya putih yang terdifraksi akan membentuk lima warna: merah, kuning, hijau, biru, ungu. Kemudian setelah beberapa saat ia meralat sendiri tulisannya, bahwa difraksi dari cahaya putih akan membentuk 7 warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu), agar analog dengan 7 tangga nada (dalam satu oktaf).
Tidak hanya di peradaban barat, di Jawa angka 7 juga memiliki signifikansi tersendiri. Ada tradisi piton-piton, yaitu slametan pada perempuan yang telah hamil 7 bulan. Hal ini merupakan bentuk permohonan pertolongan karena janin telah memasuki usia rawan. Angka 7 dalam bahasa Jawa disebut "pitu" dan ada saja yang menghubung-hubungkan dengan kata "pitulungan" yang berarti pertolongan.
Bahkan channel televisi dalam negeri juga ada yang menggunakan angka 7 sebagai namanya, bukan?
Surabaya, 31 Maret 2022
Why? We don't know
well done. mantep banged
ReplyDelete