Wednesday, 23 March 2022

Betapa susahnya menulis (2)


Suatu hari kamu mendapat sebuah ide untuk menulis suatu hal yang (menurutmu) akan sangat menarik dan keren untuk dituliskan. Kamu meramu ide tersebut di kepala, merumuskan kerangka dan alur dari tulisan yang akan kamu buat. Kamu tidak sabar untuk segera meraih laptopmu dan menuliskannya.

Kamu pun pada akhirnya meraih laptopmu dan membuka beranda akun bloggermu.

New Post

Kalimat pertama pun tertulis. Kalimat kedua... Sampai di kalimat keempat atau lima, mandeg. Ide cemerlang yang telah hadir beberapa menit yang lalu tiba-tiba menghilang entah ke mana.

Itulah yang sering terjadi, setidaknya kepadaku. Bahkan di tengah-tengah saat menuliskan ini, saat menuliskan kalimat ini, setelah titik aku sudah tidak tahu lagi akan menuliskan apa di kalimat selanjutnya.

***

Blog ini adalah blogku yang ketiga atau keempat. Beberapa tahun yang lalu, alasan membuat blog pertama itu hanyalah untuk mengabadikan ide saja, karena memanifestasikan sebuah peribahasa Latin "verba volant, scripta manent." yang artinya "ucapan akan terbang (hilang), (sedangkan) tulisan menetap." Selain itu, alasan kedua adalah yang jauh lebih ambisius, yaitu menghasilkan uang dari sana. Tentu saja hal tersebut belum tercapai juga, bahkan hingga hari ini.

Format blogku pun terus berubah. Dari mulanya adalah tempat curhat (biasalah pertama bikin blog pas masih jaman SMA) sekaligus blog tanpa tema khusus (yang sangat gado-gado), kemudian khusus membahas daily life alias jadi blog harian, dan kembali lagi ke format yang gak jelas alias gado-gado (yang tidak lain adalah blog ini).

Blog dengan format curhat pada mulanya ku tuliskan sejak zaman SMA, ketika penetrasi internet sudah mulai masuk ke daerah pedesaan. Walaupun internet waktu itu masyaAllah banget lemotnya, tapi kalau cuma buat nulis-nulis sudah cukup banget lah. Blog pertama tersebut ku buat di Wordpress karena sepertinya lebih mudah UI-nya, dan untuk (sedikit) melawan kelaziman, karena waktu itu ku lihat kebanyakan blog orang pakainya blogspot (atau blogger).

Waktu terpikir untuk membuat blog harian, pada mulanya inspirasi itu berasar dari Blog Kambing Jantan (Raditya Dika) yang bisa menghasilkan uang hanya dari menceritakan kesehariannya (ketika blog kambing jantan sudah tidak ada, kan tulisannya masih ada dalam bentuk buku, dan buku itu masih dijual lho hingga hari ini). Sesederhana itu. Tapi semakin lama baru ku sadari bahwa aku jelas bukanlah Raditya Dikaa, dan tulisan-tulisanku tidak se-kaliber tulisannya. Begini lho, dari satu kejadian yang sama, kalau pendongengnya berbeda, cerita yang dihasilkan pun bisa sangat berbeda. Oh iya btw, blog dengan format daily life tersebut dulunya ku namai BlogBetmen karena salah satu nama panggilanku pas zaman kuliah adalah betmen (dan karena aku sangat mengagumi sosok Batman itu sendiri). 

Sampai akhinya kembali ke tema gado-gado. Di blog pribadi ini, aku berusaha untuk meminimalisir curhat (sadar usia sudah bukan ABG, tidak pantes lagi curhat di blog). Di sini, aku lebih banyak pakai untuk mengomentari hal-hal yang ku lihat, alih-alih menuliskan kegiatanku sendiri. Melihat terjadinya tabrakan kendaraan bermotor dengan melihatnya, lalu menganalisis penyebab serta akibat dari tabrakan tersebut tentu dua hal yang sangat berbeda, kan?

Tujuan membuat blog pun bergeser. Tidak lagi muluk-muluk mesti jadi duit. Telah berkali-kali ku tuliskan, blog ini hanya jadi tempatku berlatih menulis saja, sekaligus mengutarakan ide-ide yang terkadang muncul tiba-tiba. Jangankan jadi duit, baca gratis saja orang males kan. Jadi minimal memoles tulisanku dulu, membuatnya jadi se-smooth buku-buku favoritku.

Oh iya, kata orang, membaca itu hakikatnya juga melatih kemampuan menulis. Memang betul sih, banyak membaca akan membuatmu menjadi penulis yang (lebih) baik. Dari buku-buku yang ku baca, aku jadi mengerti tulisan seperti apakah yang baik itu, tulisan bagaimanakah yang membuat pembacanya lupa waktu dan tiba-tiba sudah tengah malam karena mambacanya... dan sebaliknya aku juga belajar tulisan model bagaimana yang harus dihindari. 

Lho kan, jadi melantur ke mana-mana. Semakin membuktikan bahwa menulis itu susah.


Tangerang Selatan, 23 Maret 2022



No comments:

Post a Comment