Pages

Monday, 28 March 2022

Filsafat (memang) untuk semua orang

Filsafat bagi kebanyakan orang adalah hal yang berat dan membingungkan, bahkan beberapa orang menganggapnya sia-sia tuk dipelajari. Sebuah klaim yang sangat berani.

Tahun 2020 silam, ketika pandemi COVID-19 mulai bergejolak, dan anjuran tuk tidak ke mana-mana digaungkan di banyak negara, Coursera menawarkan banyak program kursus plus sertifikatnya, secara gratis.*)

*) Sebagai informasi saja, semua kelas di Coursera bisa diakses secara gratis, hanya saja bila kita ingin mendapat sertifikat yang bisa di-link-kan ke linkedin atau semacamnya, harus membayar sejumlah biaya.

Karena gabut dan gak tau mau ngapain, jadi waktu itu saya mendaftar saja beberapa kelas dari banyak kelas yang ditawarkan oleh Coursera, salah satunya adalah Introduction to Philosophy dengan instruktur dari University of Edinburgh. Kursus tersebut telah membuka mata saya bahwa ternyata anggapan-anggapan seperti telah disebut di paragraf pertama tidaklah benar. Mungkin saya baru belajar pengantarnya, namun cukup membuka wawasan dan lumayan bisa menjawab "sebenarnya filsafat itu apaan?" Nah, dalam kursus MOOC tersebut, disebutkan ada supplementary reading atau semacam diktat gitu dengan judul Philosophy for Everyone. Isi dari buku itu sama dengan kursus MOOC yang telah saya ikuti, tapi dengan beberapa tambahan dan penjelasan yang lebih jauh yang tidak disebutkan dalam MOOC. Saya akan mengulas sedikit isinya.

Apa sih filsafat itu?

Filsafat adalah cara yang benar tuk berpikir tentang sesuatu. Filsafat adalah tindakan berpikir itu sendiri. Banyak orang mengira filsafat hanyalah mengigau, melamun, dan tidak produktif. Tidak seperti itu, filsafat adalah sebuah aksi, sebuah tindakan, atau kegiatan.

Filsafat fisika, misalnya, merumuskan tentang "Bagaimana seharusnya kita berpikir tentang realitas fisik kita, apakah penggambaran fisika atas alam semesta dan realitas fisik selama ini sudah benar?" Filsafat mengajak kita tuk mundur selangkah, dan berpikir tentang keabsahan cara pikir kita selama ini.

Ada sebuah adagium: "Orang yang anti-filsafat itu sebenarnya juga sedang berfilsafat." Ketika seseorang "mengklaim" dirinya sebagai orang yang anti-filsfat, ia merumuskan beberapa premis kenapa filsafat begini-begitu, sehingga filsafat itu buruk, berbahaya, tidak berguna. Maka ia menjadi "anti-filsafat". Nah, dalam perumusan argumentasi tersebut (penyampaian premis sampai pada penarikan kesimpulan), sesungguhnya si "anti-filsafat" tersebut secara disengaja ataupun tidak disengaja telah berfilsafat. Karena (sekali lagi), sejatinya filsafat itu adalah proses berpikir, atau menurut buku dan MOOC "cara atau proses berpikir yang tepat akan sesuatu."


Apa isi buku Philosophy for Everyone ini?

Buku Philosophy for Everyone ini terdiri dari 9 bab, yang masing-masing babnya ditulis oleh orang yang berbeda (begitu pula di MOOC-nya, masing-masing Bab diajarkan oleh instruktur berbeda). Buku diawali dengan Bab 1 (yang sangat basic) : "What is Philosophy?" yang saya ulas sedikit di atas, hingga yang (menurut saya) paling absurd di Bab 9 : "Is time travel possible?" di mana kita diajak berpikir metafisis mengenai apakah perjalanan menembus waktu itu (ke masa lalu maupun masa depan yang jauh) memugkinkan secara logika. Di situ dijelaskan pula beberapa time travel paradox dan bagaiman pandangan beberapa kelas filsafat dalam menjawab paradoks-paradoks yang ada.

Sesuai judulnya "for everyone", memang buku ini tidak se-menyeramkan yang kita kira. Tidak banyak istilah-istilah atau jargon-jargon yang sulit tuk dipahami oleh orang awam. Minimal kita tahu silogisme dan modus tollens (dan bahasa Inggris, karena buku ini belum ada terjemahan Indonesianya), pasti bisa memahami isinya.

Selain dua hal yang saya sebut di atas, ada beberapa hal besar yang dibahas di sini. Bab 2 membahas moralitas dan 3 macam "penggolongan" moralitas: moralitas objektif, relatif, dan emotif (atau subjektif). Bab 3 membahas mengenai hukum dan apakah kita harus taat terhadap hukum (obey the law), ataukah hanya cukup mematuhinya (comply with the law). Bab 4 sedikit membahas epistemologi, atau "apa sih pengetahuan itu?", dan apakah kita benar-benar mempunyainya? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Lalu Bab 5 membahas tentang testimoni dan kebenaran mukjizat (ini menurut saya cukup berat dan sangat bersiunggungan dengan keyakinan, jadi dibaca dengan kepala dingin saja). Bab 6 masuk ke filsafat jiwa. Di sini kita diajak berkontemplasi: Apa sih jiwa itu? Apakah komputer punya kesadaran? Lalu Bab 7 berbicara tentang kehendak bebas (free will). Apakah kita benar-benar punya kehendak bebas? Ataukah semua itu hanya ilusi dan sebenarnya kehendak kita juga diatur oleh hukum-hukum alam (dalam hal ini hukum fisika)? Dan semacamnya. Di Bab 8 kita diajak berdiskusi masalah filsafat sains. Dengan judul yang cukup provokatif dan menggugah "Are Scientific Theories True?" Dan kita diajak berdiskusi mengenai dua aliran besar dalam filsafat sains itu: realisme dan anti-realisme sains.

Setiap bab ditulis dengan pola yang mirip: dibuka dengan pengertian umum, lalu dijelaskan beberapa cabang atau kelas filsafat yang berbeda mengenai masalah yang dibahas di bab itu, lalu masing-masing masalah yang timbul dari masing-masing pemikiran, dan solusi atau jawaban dari masing-masing kelas pemikiran atas masalah-masalah yang ada. Di beberapa bab terdapat soal-soal (yang tidak wajib kita kerjakan sih, tapi lumayan jadi perenungan. food for thoughts.), dan tentu saja ada further reading di tiap babnya.


Penutup

Buku ini adalah buku yang cukup ideal untuk mulai menyelami dunia filsafat yang (katanya) sia-sia itu. Bagi pemula, bahasa yang digunakan ringan dan sangat mudah dipahami oleh siapapun (ehm). Tidak ada salahnya memulai. Pembahasan tiap babnya juga sangat menggugah pembaca untuk belajar lebih lanjut.


Rumah, 28 Maret 2022

Mencoba konsisten




No comments:

Post a Comment