Sebuah komputer retro. Tentu saja ini paling canggih di jamannya. |
"There is a first time for everything."
Tahun 2005, saya masih kelas 5 SD. Di kota kecil seperti Nganjuk, pada tahun segitu sangat sedikit orang yang bisa mengoperasikan komputer. Bahkan sepertinya, yang pernah melihat wujud komputer saja jarang. Yang punya komputer pribadi di rumah? Jauh lebih jarang lagi. Waktu itu, saya dikursuskan di sebuah lembaga les-lesan komputer gitu, yang berjarak agak jauh dari rumah. Kursusnya privat, semacam 1-on-1 tutoring. Kalau tidak salah ingat, saya les tiga kali dalam seminggu.
Hari pertama, saya deg-degan banget. Seorang bocah piyik di tengah-tengah anak-anak SMP dan SMA. Guru les saya sempat sangsi juga, karena (katanya) untuk mengajari anak-anak SMP dan SMA saja susah, mereka kerap lupa cara membuka dokumen, mengakses windows explorer, dan menyimpan dokumen. Ya, bagi kita saat ini itu hal-hal sepele yang semua orang juga pasti bisa, tapi kembali lagi bahwa di tahun segitu, di Nganjuk, komputer adalah barang mewah. Pertama-tama saya diperkenalkan dulu dengan komponen-komponen komputer. "Ini monitor, ini keyboard, ini mouse, ini CPU." Juga diajari hal-hal sepele: cara menyalakan dan cara mematikan komputer. Untuk pertama kalinya, saya juga belajar konsep login, yaitu memasukkan password ke komputer sebelum bisa digunakan. Diajari tentang "adab-adab" memakai komputer juga: jangan merokok di dekat komputer, jangan disiram air (you don't say!), dan sebagainya.
Mouse jadul |
Sebuah floppy disk 3.5" dengan kapasitas 1.44 MB |
Setelah diajari dasar-dasar komputer, lalu saya masuk ke modul selanjutnya, yaitu Microsoft Word, yang intinya adalah... mengetik. Yang paling melekat dari pelajaran itu tentu saja teknik touch typing, yaitu mengetik dengan 10 jari, seperti ini:
Touch typing, awal mencoba akan kesulitan. Setelah bisa, kamu akan bersyukur karena akan sangat mempermudah "kehidupan" berkomputermu. |
Dari situ saya menyadari bahwa benjolan di huruf F dan J pada keyboard itu ada fungsinya, yaitu sebagai tempat kita meletakkan telunjuk kiri dan kanan. Hehehe. Di modul Ms Word tersebut saya juga diajari bagaimana cara memformat dokumen yang baik, cara membuat WordArt (yang dulu kelihatan sangat wah, sekarang malah terlihat alay), sampai diajari teknik mail merge. Justru di sana tidak diajari tentang heading dsb. Aneh.
Lalu modul terakhir, tentu saja Microsoft Excel. Di situ guru privat saya juga masih sangsi. Ini anak masih SD masa mau belajar Excel, katanya. Karena menurut pengalaman mereka, yang SMP dan SMA saja kesusahan. Di sana saya banyak belajar tentang Microsoft Excel secara umum, rumus-rumus statistik dasar (mean, median, modus), rumus-rumus logika (if), sampai VLOOKUP dan HLOOKUP. Ilmu tentang itu yang rupanya terpakai juga tak hanya di Excel tapi juga bahasa pemrograman lain.
Akhirnya saya selesai juga dan lulus dengan 3 modul : Windows, Microsoft Word, dan Microsoft Excel. Oh iya, di zaman itu Windows yang paling mutakhir adalah XP, dan Microsoft Office yang paling keren adalah Office 2003. Waktu itu komputer tempatku belajar kebanyakan masih Windows 98 dengan Office 2000. Sangat retro.
***
Itulah pengalaman pertamaku dalam belajar komputer, bahkan sebelum punya komputer sendiri di rumah. Dengan monitor tabung CRT, prosesor yang leletnya setengah mati (dalam ukuran sekarang), penyimpanan yang juga tak kalah lemot-nya, menjadi bekal ilmu yang bermanfaat sampai saat ini. Sekarang, lembaga les-lesan tersebut sudah lama bubar, dan sertifikat kursusku dari sana juga entah hilang ke mana. Terima kasih para guru komputerku.
No comments:
Post a Comment