Pages

Wednesday, 12 October 2022

Apa yang terjadi 5 tahun mendatang?


Begitulah manusia
dan sifat dasarnya. Mereka takut akan masa depan, lebih tepatnya takut dengan berbagai macam ketidakpastian atasnya. Salah satu ketidakpastian yang kita takuti adalah nasib. Ia datang tanpa kepastian.

It is past midnight and I can't sleep.

Sore ini aku pulang agak telat lagi. Kondisi langit yang agak mendung semakin menguatkan perasaan gloomy yang tak kunjung hilang ini. Mengapa selalu seperti ini. Mengapa kesialan demi kesialan datang menghampiri. Mengapa di saat yang lain mendapat kesempatan yang begitu gemilang, aku masih saja mendapat kesialan yang memuakkan.

Hari ini di perjalanan pulang, sebagaimana hari-hari kemarin di perjalanan pulang-pulang lainnya, aku kembali termenung. Perjalanan satu jam itu terasa begitu cepat. Kemacetan tidak begitu masif menghadang. Tidak ada truck mogok atau bubaran karyawan pabrik. Namun pikiranku sudah jauh melayang.

Apakah esok akan terus seperti ini?

Apakah perasaan hampa dan tanpa gairah hidup ini akan terus berlangsung?

Apakah besok tetap tidak akan ada harapan lagi?

Dan, apa yang akan terjadi lima tahun dari sekarang?

Harus ku akui, hal yang paling pahit dari pendewasaan itu adalah bahwa tak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan, tak peduli seberapa besar pun kita menginginkannya. Tidak ada lagi tempat menangis. Atau lebih tepatnya, seberapa keras pun kita menangis, tidak ada lagi orang yang akan menenangkan kita dengan cara memberikan apa yang kita inginkan. Aku sudah bukan anak-anak lagi.

Lima tahun yang akan datang, terasa masih lama tapi pasti akan segera datang. Apa yang akan terjadi? Apakah keputusasaan dan kekosongan ini akan terus berlanjut?

Aku selalu iri dengan orang-orang yang berangkat kerja dengan penuh semangat, dan pulang dengan sense of accomplishment. Ia pulang dengan kepala terangkat, sehingga rasa lelah pun tergantikan dengan kepuasan itu. Aku pulang hanya dengan rasa lelah. Lelah bahwa betapa pun aku tidak menyukai hal yang harus ku lakukan ini, aku tetap harus melakukannya. Tidak ada lagi tempat tuk mengadu. Tidak ada guna terus menerus menangis. Rasa sedih, marah, kecewa, semuanya tercampur aduk menjadi sebuah sensasi yang tak kunjung padam. Lelahnya menjadi berkali-kali lipat. Entahlah.

Memang tidak ada gunanya menuliskan ini semua. Orang-orang tidak akan peduli. Yang penting pekerjaanmu selesai, yang penting tujuan organisasi tercapai, yang penting entah siapa di atas sana terpenuhi targetnya dan segera naik pangkat. Entahlah

Lima tahun yang akan datang, aku (mungkin) akan kembali membaca tulisan lewat tengah malam ini. Wahai diriku di tahun 2027, bagaimana? Apakah kamu sudah mendapatkan yang kamu idamkan selama ini?


Bogor, 12 Oktober 2022
hampir setengah satu malam




 

 

No comments:

Post a Comment