Saturday, 8 October 2022

Kenapa asam dan garam (alih-alih asam dan basa)?

 


"Ku kira kita asam dan garam, dan kita bertemu di belanga."

Potongan lirik lagu Tulus tersebut berasal dari peribahasa "Asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam satu belanga." Artinya orang yang sudah berjodoh biar jarak dan latar belakangnya berjauhan pun pasti akan tetap bertemu jua, seperti dua hal itu: asam dan garam.

Tetapi, mengapa asam dan garam? Bukan asam dan basa, misalnya.

BTW, bagi yang belum tahu, belanga itu kuali atau bejana untuk memasak sayur ya. Saya juga jujur baru tahu hari ini. Betapa archaic-nya kata tersebut.

Sama seperti berbagai peribahasa dalam bahasa Indonesia, peribahasa "asam di gunung garam di laut" tersebut tidak jelas asal-usulnya, tidak jelas siapa orang yang pertama kali menuliskannya (atau mengucapkannya). Kesamaan lainnya adalah peribahasa tersebut berasal dari pengamatan sehari-hari, yang kemudian menjadi analogi yang bisa dipahami semua orang.

Nah, kembali ke pertanyaan:

Kenapa asam dan garam, alih-alih asam dan basa?

Konsep asam dan basa pertama kali diperkenalkan oleh seorang kimiawan Swedia, Svante Arrhenius pada tahun 1884. Konsep tersebut selanjutnya dikembangkan lebih lanjut dengan teori Bronsted-Lowry dan teori Lewis. Barangkali, konsep asam-basa tersebut relatif "baru" dibandingkan dengan pertama kalinya peribahasa "asam di laut..." tersebut ada. Siapa tahu, peribahasa tersebut mulai ada ketika benua Amerika belum ditemukan? Hehe, bisa aja mencari celah.

Lagipula, memangnya di mana asam dan basa bisa bertemu (sebagaimana peribahasa asam dan garam tersebut)? Di gelas beaker? Atau di erlenmeyer ketika melakukan titrasi asidi-alkalimetri?

Selain itu, analogi asam dan garam itu untuk menunjukkan 2 hal yang berjarak namun dipertemukan juga, bukan sesuatu yang "berlawanan". Asam dan garam bukanlah antonim, setidaknya bukan antonim mutlak. Tidak seperti asam dan basa, siang dan malam, lapar dan kenyang. Asam dan garam mungkin lebih sepadan dengan siang dan pagi hari, atau centimeter dan kilogram. Ya, you get the point lah ya.

Kalaupun ingin, mungkin bisa kita bikin semacam "neo-peribahasa" yang melilbatkan asam dan basa itu, misalnya:

"Bagaikan asam di dinding goa dan basa hasil proses pelindian mineral, bertemu di beaker glass pyrex 250 mL."

Hmm, boleh juga.


Bogor, 8 Oktober 2022
Mengekstrak pemikiran-pemikiran random




2 comments: