Pages

Friday, 7 October 2022

"Tahu dari mana?"

 

sumber

Tahu dari mana?

Dari Sumedang.

Yang bener?

Mari kita ulas joke kodian (yang sudah sangat tidak lucu) tersebut sedikit lebih mendalam.

Pertama-tama, marilah kita ulas sedikit mengenai homograf. Homograf berasal dari bahasa Yunani, homos berarti sama dan graphos yang berarti tulisan. Dalam bahasa Indonesia, homograf bisa diartikan dua kata yang ejaannya sama, namun cara baca dan maknanya berbeda, contohnya adalah kata apel yang berarti suatu jenis buah (contoh: apel fuji, apel malang, dll) dan suatu kegiatan upacara untuk mendengarkan amanat dari pembina (contoh: apel pagi di lingkungan BRIN); serta kata tahu, yang dapat berarti:

  • Suatu makanan yang berasal dari olahan kedelai. Contoh: "Kakakku sangat menyukai tahu goreng."
  • Mengerti,mengenal, mengetahui. Contoh: "Aku sudah tahu kebenarannya. Jangan berkelit lagi."

Lalu, apa hubungannya dengan "Tahu dari Sumedang?" Joke kodian tersebut adalah contoh joke dengan formula permainan kata-kata (wordplay, pun) dengan "mengeksploitasi" makna ganda dari kata tahu itu sendiri. Biasanya terjadi dalam sebuah percakapan dan salah satu pihak ingin mengkonfirmasi kebenarannya dengan bertanya (lagi-lagi) "tahu (mengetahui) dari mana?" dan dijawab "Sumedang" (yang dimaksud adalah makanan tahu itu dari Sumedang).

Tapi, apakah benar tahu (berasal) dari Sumedang?

Tahu Sumedang memang berasal dari Sumedang (you don't say), seperti halnya tahu pong Kediri yang berasal dari... yup, Kediri. Tapi, kalau tahu itu sendiri, tahu secara general tidak berasal dari Sumedang ataupun Kediri. Nah kan, udah gak lucu salah lagi.

Asal muasal tahu adalah Negeri Tiongkok. Makanan hasil koagulasi perasan biji kedelai tersebut telah dibuat sejak zaman dinasti Han 2200 tahun yang lalu. Ya, namanya di sana tentu saja bukan tahu tapi tofu (atau doufu 豆腐 yang secara harfiah berarti kedelai terfermentasi). Kemudian, karena penyerapan dan sebagainya lidah kita menyebutnya tahu. Mirip seperti nama Nippon yang dengan berbagai proses liguistiknya, disebut Japan oleh orang-orang berbahasa Inggris, atau menjadi kata Jepang di lidah kita. Sebagaimana Nippon, Jepang, dan Japan itu merujuk pada satu hal yang sama, begitu pula dengan tahu dan tofu.

Selain tahu, tanpa kita sadari berbagai makanan yang dekat dengan kehidupan kita (dan seringkali di-klaim sebagai makanan asli Indonesia) ternyata juga berasal dari Tiongkok sana, misalnya bakso, soto, hingga (yang sering kita banggakan) nasi goreng. Tentunya dengan berbagai modifikasi selama berdekade hingga berabad-abad karena adanya perbedaan selera dan pertimbangan halal-haram. Bahkan beras yang bikin kita se-negara kecanduan itu pun pertama kali dibudidayakan di Tiongkok sana. Apa lagi? Mie pun sama, juga berasal dari Tiongkok. Lain halnya mie instan yang ditemukan oleh orang Jepang Momofuku Ando setelah perang dunia kedua berakhir. Tapi itu pembahasan yang lain saja.

Lain tahu, lain pula tempe.

Tak hanya tahu, berbagai olahan lain dari kacang kedelai seperti kecap dan susu kedelai juga berasal dari Tiongkok sana. Tapi ada satu makanan sehari-hari kita dari olahan kedelai yang berasal dari tanah air kita sendiri, yaitu tempe. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tempe mulai dibuat di tanah Jawa pada abad ke-16, tak lama setelah masuknya kedelai ke Nusantara (yang lagi-lagi dari Tiongkok juga, hehe).

Entah bagaimana awal mulanya masyarakat Jawa pada saat itu, yang belum ada laboratorium mikroorganisme dengan cawan-cawan petri setrilnya, bisa membuat suatu jenis makanan yang memanfaatkan bioteknologi dan tidak keracunan. Perlu diingat bahwa untuk membuat tempe, jenis jamurnya harus tertentu lho, jadi kalau salah-salah risikonya bisa berujung maut.

Apakah penemuan tempe adalah sebuah ketidaksengajaan, seperti halnya penemuan keju dan yoghurt? Atau jangan-jangan orang Jawa jaman dulu sudah punya lab biotekonologi? Nobody knows.

Kesimpulan

Tahu dari mana? Dari Dinasti Han.


Bogor, 7 Oktober 2022
Salam jastok




No comments:

Post a Comment