Wednesday, 28 December 2022

Kembali ke masa lalu, tapi tak bisa mengubah apapun: Resensi Novel Funiculi Funicula

Funiculi Funicula #1 dan #2 (dok. pribadi)
Ke masa lalu,
Mencoba ubah nasib
Namun tak mungkin.

Kembali ke masa lalu, menjelajah waktu dan memperbaiki kesalahan yang telah lampau adalah salah satu mimpi besar umat manusia. Berbagai karya fiksi menuliskan ide tersebut menjadi berbagai cerita dan prosa menggugah hati. Namun, apabila kamu diberi kesempatan itu, mampu berkelana kembali ke masa lalu dengan berbagai persyaratan aneh, apakah kamu tetap ambil kesempatan itu?

***

Funiculi Funicula adalah sebuah serial novel karangan Toshikazu Kawaguchi. Novel ini bercerita tentang kafe unik Funiculi Funicula yang bisa membawa pengunjungnya ke masa lalu, namun dengan berbagai persyaratan anehnya, antara lain:

  1. Ketika sudah kembali ke masa lalu, kamu tidak bisa mengubah apapun yang terjadi di masa kini. Misalnya ibumu meninggal, lalu kamu pergi ke masa lalu untuk mencegah terjadinya hal itu. Ketika kembali ke masa kini ibumu tetap akan meninggal.
  2. Kamu hanya bisa menemui orang yang pernah berkunjung ke kafe itu. 
  3. Kamu hanya bisa kembali ke masa lalu jika duduk di satu kursi tertentu dan tidak bisa beranjak dari sana selama kunjunganmu di masa lalu. Apabila kamu berpindah, kamu akan segera dikembalikan ke masa kini. 
  4. Kamu dapat pergi ke masa lalu setelah minum kopi yang dihidangkan pada suatu cangkir tertentu, dari suatu teko tertentu, oleh seorang pelayan kafe terentu, dan kopi tersebut harus dihabiskan sebelum dingin. Apabila kopi tersebut menjadi dingin dan belum habis, kamu tidak dapat kembali ke masa kini dan menjadi hantu.

Karena berbagai syarat itulah, banyak pengunjung yang akhirnya mengurungkan niatnya. Tapi, ada beberapa orang yang tetap saja nekad melanjutkan perjalanan, betapa aneh pun syarat-syaratnya.

***

Suatu hari Fumiko dan kekasihnya Goro mengunjungi kafe Funiculi Funicula, mereka nampaknya akan membicarakan sesuatu yang penting. Fumiko adalah seorang senior Goro di perusahaan IT. Mereka sudah lama bekerja, dan Fumiko yang berusia lebih tua pada akhirnya luluh kepada Goro karena kegigihan dan semangatnya dalam bekerja.

Hari itu, Goro menyampaikan bahwa ia akan dimutasi ke Amerika, ke kantor pusat Top-G, perusahaan game tempatnya bekerja. Sejak lama ia telah memimpikan hal ini terjadi dan pada akhirnya hari itu datang juga. Di sisi lain, Fumiko yang telah berusia 28 tahun pun merasa risau. Ia sudah bosan ditanyai kapan menikah, sedangkan kekasihnya akan segera dimutasi ke Amerika. Fumiko merasa gengsi untuk mengatakan itu kepada Goro, dan mempersilakan begitu saja, meskipun dalam hatinya ingin Goro tetap tinggal.

Satu minggu setelah pertemuan itu, Fumiko kembali ke Funiculi Funicula. Ia pernah mendengar bahwa kafe ini bisa membawa pengunjungnya ke masa lalu. Sesampainya di sana, ia bercerita kepada pelayan mengenai keresahannya, kesedihannya. Lalu, seorang pengunjung lain sekonyong-konyong menyarankannya untuk kembali ke satu minggu yang lalu ketika Goro belum berangkat ke Amerika.

Kalau bisa ke masa lalu, aku bisa membujuknya agar tetap berada di sini dan tidak perlu pindah ke Amerika. Pikirnya. Fumiko pun lalu minta diantarkan ke masa lalu, dan di situlah Kazu Tokita si pelayan toko menjelaskan aturan-aturannya dengan wajah datar.

Fumiko awalnya keberatan dengan peraturan "tak bisa mengubah masa kini setelah ke masa lalu." Ia pikir, apa artinya kembali ke masa lalu bila tak bisa mengubah masa kini. Terjadilah pergolakan di dalam pikirannya. Sampai akhirnya ia menyetujui. "Tidak masalah bila kenyataan masa kini tidak berubah, asalkan aku bisa menemuinya sekali lagi dan menyampaikan perasaanku yang sebenarnya." Katanya

Namun, ia terganjal syarat lain yaitu "harus duduk di kursi tertentu", yang ternyata sedang ditempati oleh seorang wanita bergaun putih yang sedang sibuk membaca novel. Fumiko mencoba meminta baik-baik agar wanita itu mau bergantian. Gagal. Wanita itu tidak mendengarnya. Fumiko pun tidak sabar dan memaksa agar berpindah dari kursinya. Kazu memperingatkan, bahwa hal itu akan berakibat buruk kepadanya, tapi Fumiko tak menghiraukan. Fumiko menarik wanita bergaun putih itu secara paksa. Ia dikutuk! Rupanya wanita bergaun putih itu adalah hantu. Kazu pun menjelaskan, hanya ada satu waktu ketika wanita bergaun putih tersebut beranjak dari kursinya, yaitu ketika ia meletakkan novelnya dan ke toilet. Fumiko pun menantikan saat wanita itu ke toilet.

Bruk. Wanita bergaun putih itu meletakkan bukunya di meja dan beranjak menuju toilet.

Fumiko pun beranjak segera menempati kursinya. Kazu, tetap dengan wajah datarnya menuangkan kopi dari teko perak, dan memperingatkan sekali lagi, "Habiskan sebelum kopinya dingin." Fumiko mulai menyeruput kopinya dan ia menghilang menjadi uap... dan tiba seminggu yang lalu ketika Goro belum berangkat ke Amerika.

Perjumpaan itu pun terjadi lagi. Fumiko menyampaikan apa yang ia belum sempat sampaikan. Ia membuang semua perasaan gengsinya, meskipun kenyataan bahwa Goro tetap akan ke Amerika tidak dapat diubah. Goro pun merasa lega, dan mengatakan kepada Fumiko untuk tetap menunggunya hingga pulang dari Amerika. Ternyata, selama ini Goro merasa minder (insecure) dengan Fumiko karena ia merasa bukan siapa-siapa, dan di sisi lain Fumiko terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa ia ingin Goro tetap tinggal di Jepang, walaupun ia juga mendukung cita-cita Goro yang ingin bekerja di Top-G Amerika.

Tak terasa kopi sudah mulai mendingin. Fumiko menghabiskannya dalam sekali teguk, dan kembali menjadi uap yang melayang-layang, hingga kembali ke masa kini. Satu minggu setelah Goro berangkat ke Amerika. Ia menyadari bahwa meskipun kenyataan bahwa Goro pergi ke Amerika tidak berubah, ia tetap lega karena sudah menyampaikan isi hatinya. Perjalanan itu tetap layak dilakukan, dan hati Fumiko yang gundah segera berubah menjadi penuh harapan.

Wanita bergaun putih telah kembali dari toilet. "Minggir." Katanya kepada Fumiko.

Fumiko pun membayar tagihannya, berkata bahwa ia telah lega setelah bertemu lagi dengan Goro, dan keluar dari kafe dengan senyuman lebar.

***

Itu adalah sedikit ringkasan dari bab pertama dari buku Funiculi Funicula #1. Novel pertama itu berisi empat bab dengan tema serupa. Selain kisah Fumiko dan Goro itu, ada istri yang menemui suaminya, kakak yang ingin bertemu adiknya, dan seorang ibu yang ingin bertemu anaknya. Setiap bab kita diajak untuk berpikir apakah worth it melintasi waktu walaupun tidak dapat mengubah apa-apa, lalu di akhir bab semuanya akan terjawab, dengan perasaan lega sekaligus sedih.

Funiculi Funicula #2 adalah buku kedua dari empat buku di seri ini. Baru dua judul ini yang diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Buku kedua juga terdiri dari empat bab, yang juga menyajikan tema yang mirip dengan buku pertamanya. Perjalanan menembus waktu untuk menemui seseorang yang spesial. Di buku kedua ini juga diceritakan mengenai orang-orang dari kafe ini sendiri, khususnya Kazu Tokita. Mengapa ia selalu berwajah datar, apa yang terjadi di masa lalu sehingga membuatnya demikian, dan sebagainya.

Menurut saya pribadi, novel Funiculi Funicula #1 menjadi suatu kejutan tersendiri karena saya belum pernah membaca novel dengan genre atau tema serupa. Lantas, buku keduanya justru menurut saya agak kurang "nendang", mungkin karena ada "bayang-bayang" buku pertamanya. Tapi, hal itu tetap tidak mengurangi rasa haru sekaligus lega di setiap akhir babnya.


Bogor, 28 Desember 2022
Sebentar lagi sudah tahun depan!




No comments:

Post a Comment