Hai.
Setelah menargetkan untuk berlari setengah maraton tahun depan, saya memutuskan untuk latihan setiap hari. Bagi seorang pemula, tentu saja sangat tidak ralistis jika menargetkan langsung setengah maraton (21,1 km) begitu saja. Jangankan berlari, menempuh jarak sejauh itu dengan berjalan kaki pun belum sanggup.
Oleh karena itu, saya mulai dengan batu loncatan yang paling bawah dulu, yaitu...
berlari 5 kilometer.
Sepertinya mudah ya 5 km. Lima kilometer itu tidak terlalu jauh, bukan? Saya sudah terbiasa berjalan kaki sejauh itu hampir setiap hari sejak April. Tapi ternyata berlari tidaklah sesederhana menambah kecepatan saja. Bagi orang-orang yang belum terlatih (termasuk saya sendiri), berlari tidaklah sekadar... berlari. It's not just about running! 1 km pertama mungkin masih kuat dengan kecepatan 8'/km bahkan 7'/km, seratus meter kemudian sudah lemas karena ngos-ngosan. Detak jantung melonjak ke zona 3 bahkan 4.
Kenapa begitu? Karena badan belum terbiasa. Berlari membutuhkan pembakaran gula dengan kecepatan tinggi, sehingga dibutuhkan pemasukan oksigen yang cepat juga. Naaaahhh, untuk orang-orang yang tidak pernah berlatih dengan intensitas tinggi, paru-parunya (dan jantung) belum terbiasa untuk mendistribusikan oksigen sebanyak itu pada saat berlari.
BTW, perbedaan jalan dan lari bukan di kecepatannya lho. Ada orang yang bisa berjalan cepat, dan sebaliknya ada (banyak) orang yang berlari lambat. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah kontak kaki dengan tanah. Saat kita berjalan, kaki kita selalu menyentuh tanah, sedangkan saat kita berlari ada saat "melayang" di mana kedua kaki tidak menyentuh tanah.
Singkat cerita
Saya pun bertanya-tanya kenapa sudah lama "latihan" lari tapi 5 km pun belum sampai. Milestone pertama itu tidak dapat saya selesaikan juga, bagaimana bisa mencapai setengah maraton. Setelah mencari sana-sini, akhirnya saya menemukan jawabannya dari grup BRIN Runners dan beberapa teman pelari. Untuk bisa berlari lebih jauh, solusinya adalah berlari dengan kecepatan rendah.
In order to run farther, we have to run slower.
Lalu saya pun mencobanya.
Hari pertama, 3 km full "lari" meski dengan kecepatan yang sangat nggremet. Ternyata benar. Tidak perlu "ngebut". Bisa menyelesaikan 3 km lari adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Ternyata begitu, ya. Pikirku.
Hari kedua, 4 km dengan kombinasi lari + jalan. Proporsinya mungkin sekitar 60% lari : 40% jalan.
Hari ketiga, saya coba full 5 km lari. Dan... Akhirnya berhasil.
Meski dengan kecepatan yang sangat rendah, dan saya menyelesaikan lari 5 km itu dalam waktu hampir 50 menit, tapi saya berhasil juga menembus 5K pertama itu. Ada sedikit rasa bangga telah menyelesaikan salah satu milestone ini. Saya harap, dalam waktu dekat bisa menyelesaikan 5K di bawah 45 menit (sub 45), lalu turun ke sub 40, sub 35, dst... Lalu, saya akan menambah jarak larinya dari 5K, ke 10K, 15K, sampai 1/2 maraton.
Slow but sure.
Akhir kata
Perjalanan belum berakhir, justru baru mulai. Latihan akan terus berlangsung demi bisa berlari sejauh 21,1 km tahun depan.
Tangerang Selatan, 2 Agustus 2024
No comments:
Post a Comment