Saturday, 8 March 2025

Ucapan selamat menikah, dan sejenisnya.

 晴れる日は
君の結婚
笑顔よう


Sejak saya mulai (lagi) belajar bahasa Jepang, saya selalu menyisipkan sebuah haiku dalam setiap surat yang saya kirimkan. Surat, yang ditulis dengan tinta di atas sehelai kertas. Meski tulisan tangan saya seperti ceker ayam, namun justru di situlah "seni"-nya. Tulisan tangan bisa menunjukkan kesan personal dan usaha penulisnya.

Setelah menikah, dengan segala macam naik dan turunnya, dengan berbagai keputusan yang dibuat bersama (salah satunya adalah menunda memiliki anak), dan berbagai pandangan yang baru, maka berubah pulalah ucapan selamat menikah dalam surat-surat yang saya tulis.

Pertama-tama, saya tidak pernah lagi menuliskan semoga segera mendapat momongan. Memiliki anak ataupun tidak adalah pilihan setiap pasangan. Memang, ada yang ingin segera momongan, tapi kita tak bisa abaikan pasangan yang memilih sebaliknya. Saya juga tidak sepenuhnya setuju dengan ucapan bahwa tujuan menikah adalah untuk berketurunan. Lantas, apakah orang-orang yang memang tidak bisa memiliki keturunan, maka pernikahan (dan hidupnya) menjadi sia-sia? Ya memang salah satu insting dasar setiap makhluk hidup adalah untuk memperbanyak dirinya, mempertahankan informasi genetik ke keturunan-keturunannya, tapi bukankah manusia tidak hanya didefinisikan dari biologinya saja?

Kedua, fokus kepada yang ada di sini dan saat ini (here and now). Tidak ada salahnya dengan doa yang mengisyaratkan semoga berbahagia hingga maut menjemput, hingga dipertemukan kembali di surga, atau semacamnya. Bukankah pernikahan itu adalah perjalanan yang sangat panjang. Namun, bukankah perjalanan seribu mil pun dimulai dari langkah pertama? Itulah sebabnya saya lebih berfokus kepada harapan-harapan yang ada di depan mata, yang segera ditemui di sini dan saat ini. 

Jadi kesimpulannya, saya selalu membuka dengan sebuah haiku, seperti 3 baris pertama tulisan ini, tidak pernah menyinggung tentang segera memiliki momongan, dan lebih fokus kepada apa yang dilihat dan dirasakan di sini dan saat ini. Hal ini juga berlaku untuk ucapan kepada teman yang baru saja mendapat momongan. Saya lebih senang mengatakan "semoga ibu dan bayinya senantiasa sehat" daripada hal-hal yang berjarak seribu mil dari realias saat itu.


Tangerang Selatan, 8 Maret 2025
Puasa hari ke-8




No comments:

Post a Comment